TURISIAN.com – Fenomena aura farming dari tradisi Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau, menjadi bahan perbincangan hangat di jagat media sosial global.
Dari konten TikTok hingga komentar akun-akun raksasa macam PSG, AC Milan, hingga Adidas. Tradisi lokal itu tiba-tiba menjelma sebagai tontonan eksotis yang menyita perhatian dunia.
Kementerian Pariwisata tak tinggal diam. Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa menyebut momen viral ini sebagai peluang strategis untuk mendorong wisata budaya Indonesia naik kelas.
“Pacu Jalur yang viral dan mendunia ini adalah momentum yang sangat baik,” kata Ni Luh, Jumat, 12 Juli 2025.
“Ini bukan sekadar tontonan media sosial, tapi pintu masuk untuk mengenalkan kekayaan budaya yang selama ini kurang tersorot,” sambungnya.
Menurut Ni Luh, pemerintah pusat telah mengucurkan dukungan terhadap Festival Pacu Jalur sejak 2022 melalui program Karisma Event Nusantara (KEN). Tradisi ini bukan baru dikenal setelah viral.
“Event ini sudah kami kurasi dan prioritaskan jauh sebelum ramai di media sosial,” ujarnya.
Namun sorotan publik sempat diarahkan pada respons Kemenparekraf yang dinilai lamban. Anggapan itu buru-buru ditepis.
“Dari jauh sebelum viral, kami sudah ikut mendorong. Jadi bukan karena heboh di internet lalu kami datang,” kata Ni Luh, sedikit defensif.
BACA JUGA: Euforia Riau Bhayangkara Run 2024, Jadi Magnet Baru Pariwisata Riau
Tradisi Sungai Sejak Abad ke-17
Jauh sebelum menjadi objek trending, Pacu Jalur berakar dari tradisi sungai masyarakat Kuantan sejak abad ke-17.
Dulu, jalur—sebutan lokal untuk perahu besar—digunakan untuk mengangkut hasil panen melalui aliran sungai.
Dari kebiasaan itulah lahir tradisi balap perahu yang kini disulap menjadi festival tahunan.
“Ini bagian dari kekayaan intellectual property budaya Indonesia yang perlu dijaga dan terus diangkat,” ujar Ni Luh.
Pemerintah kini menyebut pendekatan promosi yang digunakan sebagai Tourism 5.0. Sebuah, strategi yang menyasar langsung ke segmen digital melalui kanal Wonderful Indonesia.
Berkolaborasi dengan content creator, dan tak ragu tap in comment di akun-akun viral dunia.
“Kami harus adaptif. Promosi pariwisata tak bisa lagi bersandar pada baliho dan spanduk,” ujar Ni Luh.
Dari Sungai Kuantan ke Dunia
Kemenparekraf tak ingin Pacu Jalur menjadi satu-satunya bintang dadakan. Lima program unggulan tengah disiapkan untuk mendongkrak daya saing wisata daerah. Yakni, Gerakan Wisata Bersih, Tourism 5.0, Pariwisata Naik Kelas, Event berbasis IP, dan pengembangan Desa Wisata.
“Kami ingin wisata budaya di luar Bali juga punya panggung global,” kata Ni Luh.
Festival Pacu Jalur membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, event lokal bisa tampil mendunia. Tradisi lama itu kini menari di antara algoritma. Dari tepian Sungai Kuantan menuju layar-layar dunia. ***