Ribuan Warga Sambut Surabaya Vaganza 2025, Ada Dongeng Anak-anak Hingga Nyi Roro Kidul

Ribuan Warga
Kereta Kencana milik PT Pelindo menghadirkan sosok Nyi Roro Kidul dalam dominasi hijau yang megah di acara pawai Surabaya Vaganza 2025, Minggu 25 Mei 2025. (Foto: Dok.PT Pelindo)

TURISIAN.com – Ribuan warga memadati Jalan Tunjungan, Surabaya, sejak Minggu sore, 25 Mei 2025. Arus manusia bergerak perlahan, mata mereka tertuju ke arah arak-arakan yang melintas.

Surabaya Vaganza kembali digelar. Parade mobil hias dan pawai budaya ini menjadi jantung perayaan menjelang Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-732 yang jatuh pada 31 Mei.

Pawai dibuka dengan barisan paskibraka pelajar SMA/SMK se-Surabaya. Disusul dentuman semangat dari Drumband Gita Jala Taruna, Akademi Angkatan Laut.

Namun sorotan utama jatuh pada rombongan yang dinanti publik: Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan istrinya, Rini Indriyani, melambaikan tangan dari atas mobil hias raksasa bertema Sawunggaling.

Di belakangnya, Wakil Wali Kota Armuji bersama pejabat Pemkot melaju dalam kendaraan hias penuh ornamen. Riuh tepuk tangan mengiringi mereka dari kedua sisi jalan.

Surabaya Vaganza tahun ini mengusung tema The Magical of Folktales.

BACA JUGA: Indonesia Menebar Pesona di Festival Film Cannes, Disebut Mega Diversity karena Kaya Potensi

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar), Hidayat Syah, menyebut tema ini dipilih agar seluruh anggota keluarga. Yakni, anak-anak hingga lansia bisa menikmati parade sambil mengenang dongeng masa kecil.

Sedangkan, sejumlah mobil hias tampil mencolok. PT Pelindo menghadirkan sosok Nyi Roro Kidul dalam dominasi hijau yang megah.

Sementara BPJS Ketenagakerjaan menyajikan Pandawa Limo dengan model berkostum wayang menyapa dari atas kendaraan.

Total, puluhan peserta meramaikan pawai: dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD), BUMD, perusahaan swasta, pelajar, hingga komunitas.

Setiap unit membawa cerita rakyat ke tengah kota—dari Si Kancil Mencuri Timun, Jaka Tarub, Keong Mas, hingga Cinderella dan Pinokio.

Surabaya kembali bercerita. Bukan lewat buku, tapi melalui jalanan dan sorak sorai warganya. ***

Pos terkait