TURISIAN.com – Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 2025 baru saja berlaku, namun dampaknya langsung terasa.
Sejak Rabu, 30 April lalu, ratusan ribu pegawai negeri berduyun-duyun menanggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke angkutan umum massal.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyambutnya dengan tangan terbuka, dan catatan rekor baru.
LRT Jabodebek, tulang punggung transportasi modern ibu kota, mencatat 104.468 penumpang dalam sehari.
Ini bukan sekadar angka, tapi rekor tertinggi sejak diresmikan Agustus 2023.
Sepekan sebelumnya, pada Hari Transportasi Nasional, jumlahnya sempat menyentuh 103.582, yang kini sudah terlampaui.
“Bukan fenomena sesaat,” kata Anne Purba, Vice President Public Relations KAI.
Ia menyebut lonjakan ini sebagai gejala tumbuhnya budaya baru. Yakni, bertransportasi publik secara massal.
Tidak hanya LRT. Commuter Line Jabodetabek juga kebanjiran penumpang: 1.100.498 orang naik pada hari yang sama, meningkat lebih dari 8 persen dibanding minggu sebelumnya.
Commuter Line Bandara Soekarno-Hatta melonjak 17 persen, sementara kereta lokal di Area I Jakarta naik lebih dari 30 persen.
Stasiun-stasiun utama berubah menjadi simpul pergerakan massal. Di Tanah Abang, 97.531 pengguna tercatat keluar masuk.
Di Manggarai, stasiun superhub itu, volume transit menyentuh 170 ribu orang. Bahkan stasiun penghubung seperti Sudirman-Dukuh Atas dan Juanda ikut mencatat lonjakan signifikan.
Instruksi Gubernur yang mewajibkan ASN naik transportasi umum setiap Rabu memang bukan kebijakan biasa.
Selain mengurangi kemacetan dan polusi, ini adalah eksperimen perubahan kultur urban. KAI melihatnya sebagai bagian dari transformasi transportasi berkelanjutan.
“Ini soal budaya, bukan sekadar angka,” ujar Anne.
Ia menyebut kolaborasi dengan Pemprov DKI, Dinas Perhubungan, dan mitra transportasi lain akan terus diperkuat demi menjaga momentum.
Jika diterapkan konsisten, Jakarta bukan hanya bisa mengurangi kemacetan, tapi juga memberi pelajaran penting: bahwa perubahan bisa dimulai dari satu hari dalam seminggu.