Kerajinan Kulit Sukaregang Garut, Kini Jadi Warisan Budaya yang Mendunia

Kerajinan kulit Sukaregang
Berbagai produk kerajinan berbahan kulit berkualitas, bisa diperoleh di Piazza Firenze Garut, yang baru saja di resmikan sebagai pusat kerajinan kulit. (Foto: Turisian.com/Adisas)

TURISIAN.com – Kerajinan kulit Sukaregang dari Kabupaten Garut resmi menyandang predikat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Jawa Barat tahun 2025.

Penetapan ini diumumkan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Benny Bachtiar, bersama Tim WBTB Jawa Barat, pekan ini lalu.

Kemenangan tersebut, tentunya setelah melalui serangkaian pengkajian dan sidang penetapan pada Desember 2024.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, Luna Aviantrini, tak dapat menyembunyikan rasa bangganya atas pengakuan ini.

“Kerajinan kulit Sukaregang bukan hanya ikon kebanggaan Garut, tetapi juga bukti kualitas dan kreativitas masyarakat kami,” katanya dalam keterangan resminya, Senin lalu.

“Dari generasi ke generasi, tradisi ini terus hidup dan berkembang hingga layak mendapat pengakuan nasional maupun internasional,” ujar Luna.

Dari Pelana Hingga Pasar Dunia

Berawal pada era kolonial Belanda di awal abad ke-20, kerajinan kulit Sukaregang mulanya digunakan untuk memproduksi pelana sepeda dan jok delman.

Sedangkan pasca-kemerdekaan, tokoh lokal seperti Haji Muhtar dan Haji Usman mengambil alih pengelolaan industri ini.

Dimana, kemudian dilanjutkan oleh generasi penerus seperti Haji Ayub dan Haji Ujang Solihin.

BACA JUGA: Piazza Firenze, Destinasi Belanja dan Inovasi Industri Kulit Garut

Keunikan Sukaregang terletak pada teknik penyamakan kulit tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.

Kulit mentah dari hewan lokal seperti domba, sapi, dan kerbau menjadi bahan baku utama, mencerminkan kearifan lokal yang terjaga hingga kini.

Proses produksinya pun menjadi daya tarik tersendiri. Mulai dari perendaman kulit, penghilangan bulu, pewarnaan, hingga finishing, setiap tahap dikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi.

Produk-produk seperti jaket, tas, sepatu, hingga aksesori kulit telah menembus pasar internasional, seperti Malaysia, Korea, Hong Kong, hingga Jepang.

Inovasi Tanpa Melupakan Tradisi

Penetapan sebagai WBTB menjadi semacam suntikan semangat baru bagi para pengrajin Sukaregang.

“Kami terus mendorong inovasi agar produk kulit Sukaregang tetap relevan dengan pasar modern, tanpa kehilangan ciri khas tradisionalnya,” kata Luna.

Ia menekankan pentingnya keberlanjutan industri kreatif berbasis budaya ini.

Pemerintah pun tak tinggal diam, menyediakan berbagai program pelatihan. Termasuk,  pendampingan untuk memastikan produk lokal ini mampu bersaing di pasar global.

Dengan predikat WBTB Jawa Barat, kerajinan kulit Sukaregang diharapkan dapat terus menjadi kebanggaan masyarakat Garut dan Jawa Barat, sekaligus berkontribusi pada perekonomian daerah.

Luna bahkan optimistis membawa tradisi ini menuju pengakuan yang lebih besar.

“Target kami adalah menjadikan kerajinan kulit Sukaregang sebagai WBTB Nasional, bahkan warisan budaya dunia,” pungkasnya.

Sebuah Tradisi yang Hidup

Lebih dari sekadar produk, kerajinan kulit Sukaregang adalah kisah panjang tentang tradisi, kreativitas, dan kebanggaan lokal.

Dalam setiap jahitan jaket kulit atau tas yang dibuat di Sukaregang, ada cerita tentang tangan-tangan terampil yang tak hanya mengolah bahan, tetapi juga menjaga warisan budaya agar terus hidup.

Pos terkait