Perubahan Iklim, Ini Dampaknya Terhadap Industri Pariwisata

Perubahan Iklim
Paramount theatre, Taman Asbury. (Pixabay)

TURISIAN.com – Perubahan iklim kini menjadi ancaman nyata bagi industri pariwisata. Peningkatan suhu, variabilitas curah hujan yang semakin ekstrem, menghambat keberlangsunan sektor ini.

Terlebih dengan kejadian cuaca ekstrem yang saat ini sering terjadi membuka kemungkinan terjadi degradasi.

Studi terbaru dari La Trobe University, Australia, menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi oleh dunia usaha, organisasi, dan klub yang bergantung pada sumber daya air.

Di kawasan Albury-Wodonga, yang terletak di tepi Sungai Murray, Danau Hume, dan Danau Gateway, industri pariwisata tahunan bernilai miliaran dolar.

BACA JUGA: Delegasi G20 Sepakat Ciptakan Iklim Pariwisata Berkelanjutan

Pada tahun 2022, lebih dari 1,5 juta pengunjung datang ke daerah ini, menghasilkan pendapatan sebesar $1,16 miliar.

Namun, perubahan iklim membawa ancaman serius terhadap daya tarik kawasan ini.

Sementara itu, Heather Downey menyatakan bahwa krisis lingkungan sudah mulai dirasakan di kawasan tersebut.

“Kebakaran hutan di musim panas dan banjir pada tahun 2022 telah berdampak buruk pada aksesibilitas jalan raya,” kata Downey, penulis utama studi dan dosen senior di bidang pekerjaan sosial di La Trobe University ini.

BACA JUGA: Safari Beach Jateng, Gokil Banget Buat Liburan! Ada Lumba-lumba Botol

Ketergantungan Albury-Wodonga

Selain itu, ada faktor lainnya juga yakni, pertumbuhan alga biru-hijau yang mempengaruhi pariwisata secara langsung dan tidak langsung.

Ketergantungan Albury-Wodonga pada wisata air tawar semakin menekankan kebutuhan mendesak untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

Studi ini melibatkan berbagai kelompok pelaku usaha antara November dan Desember tahun lalu. Termasuk anggota klub layar, klub perahu, pemilik kafe, serta operator bisnis petualangan alam terbuka.

Mereka berbagi pengalaman dan strategi adaptasi di tengah ketidakpastian akibat perubahan iklim.

BACA JUGA: Pemerintah Kota Tomohon Belajar Ekonomi Kreatif ke Bali, Ini yang akan Diraih

“Salah satu dampak terbesar yang kami rasakan adalah ganggang biru-hijau. Kami harus membatalkan lomba layar,” kata salah seorang peserta studi dan anggota klub berlayar.

Laporan tersebut juga menyoroti tantangan dalam mengakses informasi lintas batas yang dapat diandalkan. Dan koordinasi dengan lembaga pemerintah untuk mendapatkan dukungan.

Studi ini menyerukan tindakan segera dari badan-badan pemerintah. Mendesak peningkatan kolaborasi dan arahan legislatif yang lebih jelas untuk menjaga aset alam dan vitalitas ekonomi kawasan.

“Studi ini berfungsi sebagai peringatan,” kata Dr. Downey.

Ketika dunia usaha dan klub beradaptasi secara lokal, mengatasi akar penyebab perubahan iklim adalah hal yang sangat penting.

“Kita tidak boleh mengabaikan tanggung jawab kita dalam krisis global ini,” tutup Downey. ***

Pos terkait