TURISIAN.com – Bakal Calon Presiden Indonesia, Anies Baswedan, melakukan kunjungan ke Museum Kebudayaan Indonesia Tionghoa di Jalan Nana Rohana, Kota Bandung, Jawa Barat.
Dalam acara tersebut, Anies tampak mengenakan batik dengan warna merah yang dipadukan dengan corak pink dan hitam.
Sementara itu Ketua Panitia Pelaksana Acara, Henry Husada, menyambut kedatangan Anies sejak turun dari kendaraan.
Anies tiba di museum sekitar pukul 11.25 WIB. Ia datang bersama beberapa kader dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Barat. Termasuk di antaranya Siti Muntamah dan Ketua DPRD Kota Bandung, Teddy Rusmawan.
BACA JUGA: Nge-Hits di Kota Bandung, Museum Ini Bisa Jadi Pilihan
Kedatangan Anies dan rombongan disambut oleh beberapa pengurus museum dan perwakilan dari Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP). Setelah tiba, Anies dan rombongan diundang untuk berkeliling di dalam museum.
Selanjutnya di dalam museum, Anies diberikan penjelasan mengenai sejarah dan peran etnis Tionghoa dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia.
Mulai dari masa awal kedatangan mereka hingga kontribusi dalam pembangunan negara.
Pentingnya Kesetaraan
Salah satu momen penting dalam kunjungan ini adalah dialog antara Anies dan beberapa warga Tionghoa.
Dalam dialog tersebut, Anies berbicara tentang pentingnya kesetaraan dan masalah ekonomi. Anies juga menegaskan bahwa dia siap menjawab berbagai pertanyaan, termasuk yang mungkin dianggap sensitif.
BACA JUGA: Menelusuri Museum Kereta Api, Dari Ambarawa Hingga Sawah Lunto
Sementara itu, Ketua Harian Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jawa Barat, Dr. Djoni Toat SH MM, menyampaikan harapannya agar Anies dapat memberikan pandangannya terhadap masa depan Indonesia dan menjaga keberlanjutan negeri ini.
Anies pun menyambut baik dialog ini dan mengungkapkan bahwa ini adalah kesempatan yang baik untuk berbicara dan berdialog.
Ia mengajak semua orang untuk bertanya apa pun yang ingin mereka ketahui dan menegaskan komitmennya untuk merespon pertanyaan tersebut.
Dalam dialog ini, Anies juga mendapat pertanyaan tentang nasib minoritas, terutama orang Tionghoa, jika ia menjadi presiden.
Ditempat yang sama, Henry Husada Ketua Panitia Pelaksana Acara Pertemuan dengan Anies Baswedan mengemukakan bahwa dirinya cukup mengenal baik sosok Anies.
BACA JUGA: Bro dan Sis, Ada Paket Wisata Baru Museum Night Fun Walk di Jogja Nih..
Tidak Berubah
“Saya bukan memuji, tapi ini kenyataan. Pak Anies, tidak banyak berubah. Dulu sebelum menjadi menteri dan sesudah tidak menjadi menteri hubungan dengan kita tetap baik. Selalu menyambut kami dengan tangan terbuka,” kata Henry saat memberikan sambutan di panggung acara.
“Begitu pun, ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta, kita beberapa kali ketemu, semua dilayani dengan baik oleh pak Anies,” sambung Henry.
Pada kesempatan itu, Henry juga menyambungkan pertanyaan dari masyarakat Tionghoa terkait pencalonannya jadi presiden RI.
“Bila jadi presiden, kami kaum minoritas, bagaimana nasibnya Pak Anies? Harapannya, kami diberi kesempatan yang luas, meski minoritas, orang Tionghoa cinta tanah air dan Indoensia,” tanya Henry.
Gerbang Pecinan
Menjawab pertanyaan tersebut, Anies Baswedan meminta masyarakat melihat rekam jejak, ketika dia menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Menteri Pendidikan kabinet Jokowi.
Dia menceritakan, sewaktu menjadi gubernur, ia memberikan kesempatan kepada warga keturunan Tionghoa di Jakarta yang menginginkan membangun kembali gerbang Pecinan yang dihancurkan penjajah Jepang.
“Kami ijinkan. Sebelumnya, tak ada gubernur yang bisa, karena alasan rumit. Gerbang Pecinan kembali dibangun dan tidak ada masalah,” jawab Anies Baswedan.
BACA JUGA: Penampakan Serem Boneka Chucky di Museum Blockbuster Surabaya, Seperti Apa Sih?
Dia juga mencontohkan, warga Kristen yang bisa memasang pohon natal di Jalan Thamrin.
Anies mengingatkan tentang prinsip kesetaraan yang telah dia dukung dalam kepemimpinannya sebelumnya, baik sebagai Gubernur DKI Jakarta maupun Menteri Pendidikan.
Anies menekankan bahwa negara ini adalah untuk semua warga, tanpa memandang minoritas atau mayoritas. Ia mengutip contoh tindakan-tindakan yang dia ambil untuk menghapuskan batas-batas tersebut.
Seperti mengizinkan pembangunan kembali Gerbang Pecinan dan memfasilitasi perayaan agama yang berbeda di ruang publik.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh berbagai kalangan dari masyarakat Tionghoa, termasuk perwakilan dari berbagai yayasan, ormas, gereja, dan kelompok bisnis.
Mereka mengajukan berbagai pertanyaan dan menyampaikan harapan mereka terhadap masa depan Indonesia yang inklusif dan adil. ***