TURISIAN.com – Tingkat hunian kamar atau okupansi hotel akan terdongkrak, tergantung suatu daerah masing-masing.
Jika di daerah yang memiliki banyak destinasi atraksi, maka secara keterisian kamar hotel juga sangat tinggi.
Pada setiap momentum lebaran, misalnya, perjalanan mudik turut mendongkrak okupansi hotel.
“Bagi destinasi yang memiliki atraksi menarik, biasanya okupansi bisa di atas 90 persen. Jadi, masing-masing provinsi atau kabupaten/kota punya karakteristik tersendiri,” kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran seperti dikutip dari Antaranews, Kamis 7 April 2023.
BACA JUGA: Kekayaan Kuliner Indonesia Harus Dipatenkan, Bisa Memperkuat Pariwisata
Destinasi yang dimaksud, yakni di Pulau Jawa ada Puncak-Bogor Puncak, ada pula Bandung dan Yogyakarta.
Menurut Maulana, hampir seluruh wilayah di Pulau Jawa memiliki potensi peningkatan okupansi karena memiliki destinasi wisata.
Sedangkan di luar Pulau Jawa, Sumatera dan Bali juga menjadi salah satu destinasi favorit para pelaku perjalanan libur Lebaran.
“Di Pulau Jawa khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta umumnya selalu mencapai tingkat tertinggi okupansi, termasuk pula Bogor, Bandung. Selain itu ada pula Bali,” ungkapnya.
BACA JUGA: 7 Destinasi Wisata di Pulau Dewata Bali Ini, Surganya Pantai
Pencabutan PPKM
Sedangkan Pulau Sumatera memiliki karakteristik tersendiri yaitu destinasi lintas-provinsi. Khususnya di Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
“Dimana kawasan ini memiliki potensi peningkatan besar extend pergerakan wisata,” tambahnya.
Maulana menilai pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk seluruh wilayah Indonesia pada Desember tahun lalu akan turut berdampak.
Utamanya, pada kemudahan akses bagi para pelaku perjalanan sehingga berpotensi meningkatkan angka okupansi hotel.
“Saat PPKM biaya perjalanan meningkat seiring banyaknya kewajiban bagi pelaku perjalanan untuk melakukan prosedur perjalanan protokol kesehatan,” jelasnya.
BACA JUGA: Jalur Wisata di Gunungkidul Mulai Dipetakan, Antisipasi Libur Lebaran
“Pada 2022 walau masih ada PPKM, faktanya peningkatan sudah terjadi. Ditambah adanya Cuti Bersama yang pada saat itu cukup panjang sampai sepuluh hari,” tuturnya.
Tidak adanya pembatasan kegiatan pada libur Lebaran kali dan didukung infrastruktur yang semakin baik, lanjut Maulana, memberikan banyak pilihan bagi masyarakat.
Sehingga tren mudik atau berwisata menggunakan kendaraan pribadi akan meningkat.
“Saat ini pilihannya lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Misalnya saat itu naik pesawat masih banyak persyaratan prokes,” tandasnya.
Jadi, pilihan bagi pelaku perjalanan mencakup darat, laut, dan udara sudah semakin luas saat ini. ***
Sumber: Antaranews