TURISIAN.com – Bagi Sobat Turisian yang gemar berkunjung ke situs-situs peninggalan sejarah dan budaya. Mesti coba bertandang ke Kabupaten Pasuruan yang banyak juga menyimpan peninggalan sejarah dan budaya. Salah satu yang menarik kalian kunjungi, yakni Candi Gunung Gangsir.
Situs cagar budaya tersebut terletak di Dukuh Kebon Candi, Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Penamaan candinya ini masih merupakan mitos penduduk sekitar.
Nama ‘gunung’ berasal dari keberadaan bangunan candi tersebut di masa lampau yang sekelilingnya terdapat gunung. Sedangkan kata ‘gangsir’ (Jawa: nggangsir) berarti menggali lubang di bawah permukaan tanah.
Menurut informasi dari penduduk sekitar, nama ini muncul ketika suatu saat ada seseorang yang berusaha ‘menggangsir’ gunung ini. Untuk mencuri benda-benda berharga di dalam bangunan candi tersebut. Maka terkenal-lah bangunan ini dengan nama Candi Gunung Gangsir.
Bangunannya terbuat dari batu bata dengan tinggi sekitar 15 meter, terdiri dari 4 lantai. Dua lantai dasar merupakan tubuh dan atap candi yang sebenarnya. Denah lantai dasar berbentuk segi empat dengan sebuah tonjolan pada sisi timur, berlawanan arah dengan posisi tangga.
Baca juga: Cafe Laut Semare, Wisata Lain Pasuruan Lewat Kelezatan Menu Seafood
Sementara denah tubuh dan atap Candi Gunung Gangsir juga sama berbentuk segi empat. Tetapi pada bagian ini, keempat sisi dinding tubuh candi memiliki sebuah bidang tonjolan yang ramping. Kaki candi yang berbentuk segi empat itu, berukuran sekitar 15 x 15 m2.
Bagian dalam Candi Gunung Gangsir
Di dalam tubuh candi ini, ada ruangan yang konon cukup luas, hingga dapat menampung 50 orang. Pintu masuk ke ruangan tersebut terletak di sebelah barat, berjarak sekitar 5 m dari tanah. Untuk mencapai pintu, ada tangga yang cukup lebar dan menjorok jauh ke barat. Sayang sekali tangga tersebut telah hancur, hingga sulit untuk Sobat Turisian tapaki.
Berikutnya pada dinding di sisi kanan dan kiri atas pintu Candi Gunung Gangsir terdapat relung yang tampak seperti tempat meletakkan arca. Relung di sisi selatan sudah hancur, sedangkan di sisi utara masih tampak bekasnya.
Kini atap candi berbentuk melengkung dengan ujung tumpul seperti puncak gunung. Bagian puncak atap sudah hancur, namun masih terlihat lapik penyangga puncak atap. Dari belakang, bangunan candi tampak seperti bukit kecil yang terbuat dari batu bata. Tidak terdapat relung-relung tempat meletakkan arca.
Beberapa hiasan masih menempel pada dinding Candi Gunung Gangsir. Di kiri dan kanan puncak tangga terdapat hiasan berupa pahatan gambar wadah berhiaskan sulur-suluran dan gambar seorang wanita. Kerennya lagi, hiasan dari batu bata ini sangat halus, nyaris terlihat sebagai hasil cetakan, bukan pahatan.
Pendirian dan Kondisi Terkini
Tidak ada banyak informasi yang bisa Sobat Turisian dapatkan mengenai candi yang konon berdiri pada masa pemerintahan Raja Airlangga, sekitar abad ke-11 M. Meskipun perkiraan berasal dari masa yang lebih awal sebelum masa pemerintahan Singasari, Candi ini menggunakan bahan batu bata, bukan batu andesit.
Baca juga: Ayo Mengenal Candi Ngetos Nganjuk, Makamnya Hayam Wuruk!
Sekarang kondisi Candi Gunung Gangsir sudah berupa runtuhan. Hampir semua sudut pada lantai-lantai dalam keadaan rusak, begitu juga pada bagian-bagian yang horisontal. Sedangkan bagian puncak candi telah hilang. Sehingga tampak seperti bentuk piramida yang telah terpotong bagian atapnya.*