TURISIAN.com – Bagi Sobat Turisian yang berwisata ke Purwakarta tak lengkap rasanya jika tak berkunjung ke Taman Air Mancur Sri Baduga. Di tempat ini, Sobat Turisian bisa menyaksikan kemegahan atraksi air mancur menari yang memukau.
Setiap pertunjukannya pun selalu dinanti dan dirindukan ribuan wisatawan. Mereka bukan hanya dari masyarakat Purwakarta, tapi datang dari seluruh penjuru Nusantara, meski harus antre demi menyaksikan pertunjukan Air Mancur Sribaduga
Pertunjukan Air Mancur Sri Baduga Purwakarta hadir rutin setiap malam Minggu. Kenapa malam hari? Karena selain menari, lampu warna-warni akan menyorot air amancur tersebut hingga makin memesona. Pokoknya Sobat Turisian jangan sampai melewatkannya, jika sedang wisata di Purwakarta dan sekitarnya.
Dengan segala daya tarik keindahannya, kini Taman Air Mancur Sri Baduga menjadi primadona destinasi wisata di Purwakarta. Keistimewaannya menyaingi Air Mancur di Ghuangzhou, China dan tidak kalah menarik dibandingkan dengan Wings of Time yang berada di Singapura. Keren kan Sobat Turisian!
Tak hanya sentuhan efek cahaya lampu, atraksi api di atas air pun menambah pemandangan makin indah dan memukau. Selain itu, air mancur Purwakarta ini dilengkapi dengan teknologi canggih sinar laser yang bisa membentuk berbagai macam animasi yang menakjubkan.
Baca juga: 3 Sate Maranggi Paling Ngehits, Asli dari Purwakarta
Lokasi Taman Sri Baduga tersebut berada di pusat kota Purwakarta, tepatnya di Kelurahan Negeri Kidul, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kemegahan atraksi air mancur yang menari mengikuti alunan musik ini merupakan Air Mancur Terbesar se-Asia Tenggara dan salah satu destinasi wisata kelas dunia di Kabupaten Purwakarta.
Sejarah Taman Air Mancur Sri Baduga
Semula Taman Sri Baduga merupakan danau yang cukup luas berbentuk bulat disebut Situ Buleud. Asal usul Situ Buleud berkaitan dengan peristiwa perpindahan ibu kota Kabupaten Karawang dari Wanayasa ke Sindangkasih. Sejalan dengan pembangunan infrastruktur kota Purwakarta pada tahap awal.
Situ Buleud dibuat atas gagasan Bupati R.A. Suriawinata. Pembuatannya berlangsung antara tahun 1830 sampai dengan pertengahan tahun 1831. Dengan dua tujuan dan kegunaan, pertama sebagai sumber air bagi kepentingan pemerintah dan masyarakat Purwakarta. Air dari situ juga berguna untuk keperluan ibadah dan kegiatan lain di Masjid Agung.
Tujuan kedua sebagai tempat rekreasi yang menarik. Oleh karena itu, di tengah situ didirikan bangunan tradisional sejenis bangunan gazebo (bangunan tanpa dinding) sebagai tempat istirahat (pasanggrahan).
Pembangunan Situ Buleud juga sebagai fasilitas dan hak istimewa bupati untuk menangkap ikan. Namun pada kenyataannya, bupati memperbolehkan masyarakat untuk memancing. Bupati hanya menyaksikan sejumlah masyarakat menangkap ikan dari pasanggrahan di tengah danau. Dalam kegiatan itu, biasanya tambah meriah denganadanya iringan musik gamelan.
Hampir bersamaan dengan kegiatan merenovasi pendopo tahun 1854, Situ Buleud pun mengalami perbaikan dan perluasan. Hal itu menunjukan bahwa Situ Buleud memiliki arti penting bagi kehidupan di kota Purwakarta.
Purwakarta termasuk tempat yang bersuhu udara panas. Keberadaan volume air dalam jumlah banyak pada areal cukup luas, menyebabkan suhu udara di pusat kota menjadi tidak terlalu panas. Oleh karena itu, area Situ Buleud sangat memadai sebagai tempat rekreasi.
Baca juga: Rasakan Sensasi Terbang dengan Paralayang di Langit Bukit Santiong Subang
Kini bangunan pasanggrahan di tengah situ pun sudah lenyap. Demikian pula acara menangkap ikan sudah tiada lagi. Namun meski begitu, sampai saat ini Situ Buled tetap menjadi landmark kota Purwakarta. Berubah dengan nama Taman Air Mancur Sri Baduga.*