TURISIAN.com – Kalau Sobat Turisan berlibur lagi ke Bali, tak ada salahnya mencoba sensasi penjelajahan rimba di Hutan Mangrove Bali atau Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai. Dengan udara yang segar dan jauh dari hingar bingar perkotaan, dijamin deh Sobat Turisian akan leih rileks dan rasa penat akan hilang.
Tahura Ngurah Rai Bali terletak di Jalan By Pass Ngurah Rai, Suwung Kauh, Kota Denpasar. Area hitan mangrove seluas 1.373 hektare dengan panjang 1,5 kilometer ini pun termasuk salah satu spot wisata favorit di Pulau Dewata.
Di Hutan Mangrove Bali tersebut, Sobat Turisian bisa menikmati hamparan permata hijau yang indah. Sekaligus bisa mencoba menelusuri mangrove track yang terbuat dari susunan kayu. Dari spot ini, Sobat Turisian dapat mengamati dan mengidentifikasi aneka tanaman bakau di kiri dan kanannnya.
Jika sudah lelah, Sobat Turisian bisa rehat sejenak sembari menghirup udara segar di tower khusus di tengah hutan. Tower ini pun instagramable, cocok buat latar swafoto dengan hasil yang ciamik. Dari puncak tower, Sobat Turisian bisa memanjakan mata dengan keindahan alam hutan bakau dari atas.
Operasional & Tiket Masuk Tahura Ngurah Rai
Ekowisata Tahura Ngurah Rai Bali ini buka untuk umum setiap hari, mulai pukul 08.00 hingga 18.00 WITA. Tiket masuknya juga sangat terjangkau, sekitar Rp.10 ribu per orang. Aktivitas lain yang bisa Sobat Turisian lakukan adalah memancing dan berperahu.
Ada banyak perahu yang bisa Sobat Turisian sewa dengan biaya murah. Cukup dengan merogoh kocek sebesar Rp.25 ribu per orang, kalian sudah bisa berkeliling perairan hutan mangrove ini. Perahu-perahu tersebut merupakan milik Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang dengan anggota mencapai 40 orang.
Baca juga: Yuk Belajar Pertanian di Wisata Subak TEBA Majalangu Denpasar Bali!
Wisata perahu ini, akan mengajak Sobat Turisian berkeliling hutan mangrove Bali selama 25 sampai 30 menit. Bahkan akan melintasi bawah Tol Bali Mandara.
Fungsi Lain Tahura Ngurah Rai Bali
Selain sebagai objek wisata Denpasar, keberadaan Tahura Ngurah Rai Bali ini bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Masyarakat Batu Lumbang sendiri menganggap hutan mangrove ini dapat menjamin ketersediaan ikan, karena 60 persen dari mereka bermatapencaharian sebagai nelayan.
Sehingga mangrove berfungsi penting bagi sumber pendapatan masyarakat. Apalagi sebagian besar nelayan memeluk Hindu yang memegang teguh konsep Tri Hita Karana. Yaitu hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan lingkungan.
Hebatnya lagi, Kelompok Nelayan Guna Batu Lumbang juga memiliki area pembibitan tanaman mangrove. Mereka akan menanami kembali tanaman mangrove yang mati atau rusak. Penanaman mangrove mereka lakukan hingga ke pelosok-pelosok hutan sembari menggunakan perahu atau kano.
Setidaknya, ada 16 jenis vegetasi bakau di Hutan Mangrove Bali dengan mayoritas jenis Rhizophora, Bruguiera, dan Xylocarpus. Keberadaannya memberi naungan terhadap satwa air dan darat di sekitarnya. Unit Pelaksana Teknis Taman Hutan Raya Ngurah Rai mencatat ada sekitar 61 jenis burung, 4 reptil, 30 jenis Crustacease, dan 8 jenis ikan hidup di dalamnya.
Baca juga: Mengenal Sejarah dan Budaya Pulau Dewata di Museum Bali
Tahura Ngurah Rai Bali ini cukup strategis, berada di segi tiga emas pusat pariwisata Pulau Dewata. Lokasinya berdekatan dengan Pantai Sanur, Pantai Kuta, dan Kawasan Jimbaran. Posisi strategis tersebut memungkinkan pengunjung objek wisata lain yang awalnya tidak berniat berkunjung, akan menjadi tertarik berkunjung ke Hutan Mangrove Bali ini.*