TURISIAN.com – Kota ini kembali menjadi magnet wisata, dimana tiba-tiba wisatawan ke Yogyakarta “meledak” pada libur Natal dan Tahun Baru.
Hotel-hotel di kawasan perkotaan mendadak penuh, meski angka pemesanan jauh hari sempat membuat pelaku usaha menahan napas.
Perkumpulan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat tingkat keterisian kamar di kota ini menembus 90 persen pada puncak libur akhir tahun 2025.
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, menyebutkan rata-rata okupansi hotel di seluruh wilayah DIY pada 26–28 Desember 2025 berada di kisaran 80 persen.
Angka itu melonjak di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman yang mencapai 85 hingga 90 persen.
“Kota Jogja dan Sleman paling tinggi. Itu terjadi hampir merata selama tiga hari,” kata Deddy, Senin 29 Desember 2025.
Yang membuat pergerakan ini menarik adalah pola kedatangan wisatawan. Sebelum libur dimulai, PHRI memprediksi tingkat hunian hotel akan bergerak lambat.
Reservasi untuk periode 26 Desember 2025 hingga 3 Januari 2026 hanya berada di kisaran 40 persen. Namun kenyataan di lapangan berbicara lain.
BACA JUGA: Pemerintah Kota Yogyakarta Siapkan Titik Parkir, Antisipasi Libur Natal dan Tahun Baru
Tanpa Pesan Kamar
Wisatawan justru datang tanpa pesan kamar lebih dulu. Mereka hadir sebagai tamu dadakan (walk-in) yang langsung mengetuk meja resepsionis hotel.
“Banyak yang tidak melakukan reservasi sebelumnya. Datang langsung, dan kamar terisi,” ujar Deddy.
Untuk periode 29–31 Desember 2025, reservasi memang menunjukkan kenaikan hingga 60 persen.
Namun angka tersebut belum merata. Hotel-hotel di sekitar Malioboro masih menjadi primadona, dengan tingkat pemesanan mencapai 75 persen.
Di luar kawasan pusat kota, tingkat hunian bergerak lebih pelan.
Mayoritas wisatawan datang dari Jakarta, disusul Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Sementara itu, arus pelancong juga mengalir dari luar Pulau Jawa seperti Kalimantan Timur dan Lampung. Dari mancanegara, wisatawan Malaysia dan Singapura masih mendominasi.
Namun, menurut Deddy, ada tren baru yang mulai terasa. “Sejak 26 Desember, wisatawan Australia mulai masuk,” katanya.
Apakah lonjakan ini berkaitan dengan pergeseran rencana wisata dari Bali ke Yogyakarta? Deddy tak berani memastikan.
Namun ia tak menampik kemungkinan itu. “Bisa saja ada yang semula ingin ke Bali, lalu memilih DIY,” ujarnya.
Secara geografis, okupansi tertinggi tercatat di Kota Yogyakarta, terutama kawasan Malioboro disusul Sleman yang berbatasan langsung dengan kota.
Sedangkan, Kulon Progo masih berada di lapis bawah dalam tingkat hunian hotel.
Menjelang malam pergantian tahun, angka reservasi memang belum sepenuhnya menggembirakan.
Namun pengalaman beberapa hari terakhir membuat pelaku usaha tetap optimistis. Pola kedatangan mendadak diyakini kembali mengisi kamar-kamar kosong.
Tahun lalu, tingkat hunian hotel saat puncak libur bisa mencapai 90 hingga 95 persen. Tahun ini, target PHRI DIY lebih realistis.
“Kalau bisa rata-rata 80 persen saja, kami sudah bersyukur,” kata Deddy. ***





