Sanur Jadi Destinasi Wisata Medis Baru, Menpar Optimistis Tren Health Tourism Melambung

Sanur
Pelabuhan Sanur di Pantai Sunrise yang dioperasikan sejak 11 November 2022. (Foto: Dok.Unsplash.com/ Alfonso giostanov)

TURISIAN.com — Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Widiyanti Putri Wardhana, memasang harapan besar pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur di Bali.

Ia menilai kawasan tersebut akan menjadi magnet baru bagi wisatawan mancanegara yang mencari layanan kesehatan sambil berlibur.

Wellness dan health tourism ini akan meningkat karena ini adalah tren global yang sedang melesat,” ujar Widiyanti di sela peresmian KEK Sanur, Rabu 25 Juni 2025.

Sanur kini tak sekadar menjadi tempat pelesiran. Di atas lahan seluas 41,26 hektare, kawasan ini disulap menjadi pusat layanan medis bertaraf internasional.

Sementara itu, fasilitasnya digadang-gadang lengkap. Mulai, dari rumah sakit dengan tenaga dokter lokal dan asing, hotel bintang lima, hingga gedung konvensi.

Widiyanti menyebut infrastruktur anyar ini dapat menjadi mesin baru. Khususnya, untuk mengejar target kunjungan wisatawan mancanegara pada 2025 yang ditetapkan antara 14,6 juta hingga 16 juta orang.

Sedangkan, KEK Sanur sendiri dikelola oleh InJourney, holding BUMN sektor pariwisata.

BACA JUGA: Geliat Ekonomi dan Pariwisata di Panggung Pesta Kesenian Bali

Sementara Direktur Utama InJourney, Maya Watono, optimistis kawasan ini bakal mendatangkan devisa signifikan.

“Potensinya bisa mengalihkan sekitar Rp75 triliun devisa per tahun kembali ke Indonesia,” ujar Maya.

Ia merujuk pada data bahwa sekitar dua juta warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri setiap tahun. Menyedot devisa hingga Rp150 triliun. Kini, potensi itu diupayakan agar berputar di dalam negeri.

Di jantung kawasan ini berdiri Rumah Sakit Internasional Bali (BIH) seluas 67.465 meter persegi, dengan kapasitas 255 tempat tidur.

Lokasinya tak jauh dari ikon wisata Bali, seperti Pantai Sanur dan Pantai Segara Ayu.

Fokus layanan utama BIH adalah kardiologi, kanker, saraf, saluran pencernaan, dan ortopedi — atau disebut juga sebagai layanan CONGO.

“Selain itu, sudah hadir terapi regeneratif sel punca (stem cell) dari Jerman, dan layanan bedah estetika dari Korea,” kata Maya. ***

Pos terkait