ITB-Pemda Jabar Hadirkan Inovasi Baru di Sektor Perikanan, Namanya MCS

ITB
Gubernur JPenjabatawa Barat Bey Machmudin meninjau Mobile Cold Storage dari Program Hibah Kompetitif Institut Teknologi Bandung di KUD Mandiri Mina Fajar Sidik, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang Senin, 3 Februari 2025. (Foto: Humas Jabar)

TURISIAN.com – Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat bersama ITB (Institut Teknologi Bandung menghadirkan inovasi baru di sektor perikanan.

Teknologi yang diluncurkan itu bernama,  Mobile Cold Storage (MCS) berbasis tenaga surya.

Teknologi ini diharapkan menjadi angin segar bagi para nelayan di Blanakan, Subang, yang selama ini menghadapi kendala penyimpanan ikan hasil tangkapan.

Blanakan memang dikenal sebagai salah satu kawasan perikanan potensial di Jawa Barat.

Tak heran jika Pemprov Jabar menggandeng ITB untuk menghadirkan solusi yang nyata dan berkelanjutan.

“Kami ingin inovasi ini bisa benar-benar berdampak bagi kesejahteraan masyarakat,” ujar Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, dalam kunjungannya ke Blanakan, Senin, 3 Februari 2025.

Sementara itu, teknologi ini sendiri merupakan bagian dari implementasi off-grid system berbasis energi baru terbarukan (EBT). Yakni, dengan pendanaan Hibah Kompetitif 2024.

Proyek ini pun dijalankan bersama Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Mina Fajar Sidik.

Lebih Lama, Lebih Untung

MCS bertenaga surya ini memiliki kapasitas penyimpanan hingga tiga ton ikan, dengan suhu minimum 0 hingga -5 derajat Celsius.

Perangkat ini didukung oleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) off-grid berkapasitas 7,2 KWp serta baterai 20 KWAh.

Sedangkan, keberadaan MCS diharapkan dapat memberikan fleksibilitas lebih bagi nelayan.

BACA JUGA: Catatan Gowes Alumni ITB-ITB LINTANG, Kembali Tempuh Jarak 250 Km

Tanpa penyimpanan yang memadai, nelayan sering kali terpaksa menjual ikan dengan harga murah sesaat setelah ditangkap.

Dengan cold storage, mereka bisa menunggu harga yang lebih baik.

Bey menilai inovasi ini perlu diperluas ke daerah lain

. “Bisa saja nanti direplikasi dengan bantuan perusahaan melalui CSR atau dukungan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan,” katanya.

Ramah Lingkungan dan Hemat Biaya

Keuntungan dari MCS ini bukan hanya bagi nelayan, tetapi juga bagi lingkungan. Berdasarkan perhitungan, teknologi ini mampu mengurangi emisi karbon hingga 8,62 ton CO₂ per tahun.

Selain itu, penghematan dari tidak menggunakan genset bisa mencapai Rp141 juta per tahun, sementara penghematan listrik PLN diperkirakan sebesar Rp15 juta per tahun.

Di sisi lain, nelayan juga bisa menghemat biaya penyimpanan hingga Rp164 juta per tahun.

“Ini inisiatif yang sangat baik dan seharusnya bisa dikembangkan lebih luas,” ujar Kepala Dinas ESDM Jabar, Ai Saadiyah Dwidaningsih.

Solusi Jangka Panjang

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jabar, Hermansyah Manap, menegaskan bahwa penyimpanan hasil tangkapan adalah kebutuhan mendesak bagi nelayan.

“Ketika musim ikan tiba, produksi bisa sangat tinggi, tetapi harga di pasar cenderung rendah. Jika ikan bisa disimpan lebih lama, nelayan tak perlu buru-buru menjual dengan harga murah,” katanya.

Ketua KUD Mina Fajar Sidik Blanakan, Dasam, juga mengapresiasi inovasi ini.

“Mutu ikan tetap terjaga, dari penyimpanan hingga ke tangan konsumen,” ujarnya.

Wakil Rektor ITB Bidang Riset dan Inovasi, Prof. Brian Yuliarto, menambahkan bahwa inovasi ini dirancang agar mudah dioperasikan.

“Pemeliharaannya ringan dan sudah ada pelatihan bagi tenaga lokal,” katanya.

Dengan berbagai manfaat yang ditawarkan, Mobile Cold Storage Solar Powered ini tak hanya menjadi solusi bagi nelayan.

Namun juga mendorong transformasi industri perikanan di Jawa Barat ke arah yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. ***

Pos terkait