TURISIAN.com – Kota Bandung kembali menambah simpul baru dalam peta wisata kulinernya. Di Jalan Cikuray, sebuah kawasan jajanan bertajuk Cikuray Street Food resmi dibuka pada Jumat, 12 Desember 2025.
Kehadirannya mempertegas posisi Bandung sebagai kota yang tak pernah kehabisan cara meramu selera. Dari yang sederhana hingga kekinian, dengan harga yang tetap bersahabat.
Di area ini, 21 tenant berderet menawarkan aneka menu. Mulai dari stik camilan, sate, ayam kukus, dimsum, bebek goreng, hingga iga bakar dan seafood.
Ada pula mie tek-tek, tongseng, sop buah, dan kopi yang melengkapi suasana.
Lokasinya strategis—berdekatan dengan Museum Kavaleri—menjadikan kawasan ini bukan sekadar tempat makan, tapi juga persinggahan wisata edukatif.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyebut Cikuray Street Food sebagai buah dari kerja bersama lintas pihak.
“Ini kerja kolaboratif. OPD tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Semua harus bergerak bersama untuk menghadirkan ruang yang bermanfaat bagi masyarakat,” katanya saat peresmian.
BACA JUGA: Bakoel Bamboe Menancap di Jantung IKN, Jadi Kuliner Baru
Pusat Kuliner
Farhan menautkan pembangunan pusat kuliner ini dengan konsep Tourism, Trading, Investment yang terus didorong Pemerintah Kota Bandung.
Wisata, menurut dia, menjadi pintu masuk. Orang datang, lalu diberi pilihan untuk melihat, melakukan, dan membeli. Dari situ, aktivitas perdagangan tumbuh dan investasi mengikuti.
Data ekonomi turut ia sebutkan. Hingga triwulan ketiga tahun ini, pertumbuhan ekonomi Kota Bandung berada di angka 5,26 persen di atas rata-rata nasional.
Tingkat pengangguran terbuka menurun, meski Farhan mengingatkan potensi kesenjangan yang tetap harus diwaspadai.
Dalam lanskap itu, usaha mikro, kecil, dan menengah menjadi penyangga utama.
“UMKM adalah jembatan antara masyarakat yang punya daya beli tinggi dan yang belum. Jika perannya kuat, pemerataan ekonomi bisa tercapai,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Bandung Budhi Rukmana menilai pusat kuliner seperti Cikuray Street Food sebagai fasilitas yang sengaja dirancang.
Khususnya, untuk menopang pelaku usaha makanan dan minuman. Bukan hanya tertata, tapi juga higienis, aman, dan nyaman.
“Tujuannya mendorong ekonomi lokal, memperkuat daya tarik wisata, sekaligus meningkatkan daya saing UMKM,” kata Budhi.
Menurut dia, geliat wisata kuliner mesti diiringi penataan kawasan yang rapi dan berkelanjutan.
Kawasan tematik seperti ini diharapkan dapat mendongkrak omzet, menyediakan tempat usaha yang layak. Serta menghidupkan ekosistem ekonomi kreatif yang inklusif.
Budhi juga mengapresiasi kolaborasi berbagai pihak, termasuk PT Tirta Investama, perangkat daerah, dan para sponsor yang mendukung penataan serta penyediaan fasilitas.
Dukungan serupa datang dari Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri Mayjen TNI Eko Susetyo. Ia menegaskan kesiapan TNI untuk bersinergi dengan pemerintah daerah.
“Ini bukti bahwa TNI dan pemerintah bisa bekerja bersama memberi ruang yang lebih baik, terutama untuk penguatan ekonomi masyarakat,” ujarnya. ***





