TURISIAN.com – Industri pariwisata masih melaju kencang hingga Juli 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kedatangan wisatawan mancanegara naik 13 persen dibanding tahun lalu.
Angka ini menembus 1,48 juta kunjungan. Secara kumulatif, jumlahnya mencapai 8,53 juta wisman sejak awal tahun.
Wisata domestik pun menggeliat: Januari–Juli tercatat 713,98 juta perjalanan, tumbuh hampir 20 persen.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Biro Perjalanan dan Wisata Indonesia (ASITA), Budi Ardiansjah, menyebut geliat itu nyata di lapangan.
“Pertengahan tahun memang ada lonjakan, terutama dari Australia dan Cina. Tapi destinasi masih terpusat di Bali,” ujarnya Rabu, 3 September 2025.
Sedangkan segmen wisata leisure masih menjadi motor, meski Budi berharap kegiatan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition) bisa ikut mendorong mass tourism.
Namun euforia itu tak serta-merta menetes ke pelaku usaha. Beban pajak, polemik royalti, hingga biaya operasional yang melonjak menahan laju keuntungan.
BACA JUGA: Bencana Alam Akhir Tahun Berdampak Pada Kunjungan Wisatawan ke Sukabumi
Kelangkaan BBM di beberapa daerah dan maraknya biro perjalanan tak berizin menambah pelik persaingan.
Belakangan, citra pariwisata Indonesia juga terguncang. Gelombang aksi massa yang berujung ricuh membuat sejumlah negara mengeluarkan travel warning.
“Ini bisa menurunkan kunjungan. Kita harus tunjukkan bahwa Indonesia tetap aman,” kata Budi.
ASITA menilai promosi yang lebih agresif perlu digencarkan. Sales mission ke luar negeri hingga kampanye internasional menjadi opsi.
Budi berharap, bila situasi domestik kembali stabil, Oktober mendatang bisa terjadi rebound.
Untuk proyeksi akhir tahun, ia masih optimistis.
“Kalau kondisi terkendali, pertumbuhan bisa 15 persen sepanjang 2025,” ujarnya. ***