Wisatawan Kabur dari Jepang Gara-gara Ramalan Komik Ryo Tatsuki

Komik
Ilustrasi gelombang tsunami. (Dok.Pixabay.com)

TURISIAN.com  — Sebuah komik lawas mendadak menjadi momok baru bagi pariwisata Jepang. Ketakutan akan datangnya gempa bumi besar, yang dipicu oleh ramalan dalam manga The Future I Saw karya Ryo Tatsuki.

Isu itu pun menyebar luas di media sosial. Bukan hanya dari komik, kepanikan juga datang dari para cenayang dan ahli feng shui yang meramalkan bencana akan terjadi pada Juli tahun ini.

Dampaknya terasa nyata, calon wisatawan, terutama dari Asia Timur, membatalkan atau menunda perjalanan mereka.

Komik tersebut pertama kali terbit pada 1999 dan kembali mencuat setelah dirilis ulang secara lengkap pada 2021.

Ramalan di dalamnya sempat menarik perhatian karena secara kebetulan “memperkirakan” gempa dan tsunami dahsyat yang mengguncang wilayah Tohoku pada Maret 2011.

Kini, halaman-halaman komik itu kembali dibuka, dibaca ulang, dan dipercaya sebagai pertanda.

Fenomena ini membuat angka pemesanan perjalanan ke Jepang dari sejumlah negara merosot.

Di Hong Kong, misalnya, Direktur Pelaksana WWPKG, CN Yuen, menyebut pemesanan tiket ke Jepang anjlok hingga 50 persen selama liburan Paskah. Dan diperkirakan akan terus menurun dalam dua bulan ke depan.

“Ramalan semacam ini menyebar cepat di dunia maya, dan itu cukup untuk menggoyang kepercayaan wisatawan,” ujarnya seperti dikutip CNN Travel, Rabu, 21 Mei 2025.

Di balik kecemasan, para ahli tetap menekankan bahwa prediksi gempa tidak pernah bisa akurat secara ilmiah.

Meski Jepang berada di Cincin Api Pasifik dan pemerintah memperkirakan ada peluang 80 persen gempa besar di Palung Nankai dalam 30 tahun mendatang, waktu pastinya tak bisa dipastikan.

BACA JUGA: Ghibli, Hatsune Miku, dan Ramalan Jepang di AFAID2 2025

Kabinet Jepang

Sementara itu, Kantor Kabinet Jepang secara resmi menyatakan bahwa teknologi modern belum mampu meramalkan gempa secara tepat.

Gubernur Miyagi, Yoshihiro Murai, pun angkat bicara.

“Ini masalah serius,” ujarnya.

“Penyebaran rumor yang tidak ilmiah di media sosial memberikan dampak langsung pada sektor pariwisata kami,” sambungnya.

Namun data berkata lain. Meski dirundung isu, kunjungan wisatawan ke Jepang justru melonjak.

Sedangkan, Organisasi Pariwisata Nasional Jepang mencatat angka 10,5 juta wisatawan masuk selama kuartal pertama 2025.

Wisatawan dari Tiongkok daratan meningkat 78 persen dibanding tahun lalu, sementara dari Hong Kong naik 3,9 persen.

Tetap saja, ketakutan itu nyata bagi sebagian orang.

Samantha Tang (34), guru yoga asal Hong Kong, menunda perjalanannya ke Wakayama yang dijadwalkan Agustus nanti.

“Semua orang bicara soal gempa bumi,” katanya.

Senada dengan itu, Oscar Chu (36), yang biasa ke Jepang beberapa kali setahun, kali ini memutuskan menunggu.

“Kalau benar terjadi, akan sangat merepotkan,” tandasnya.

Tapi tak semua gentar. Vic Shing, juga dari Hong Kong, tetap melanjutkan rencana liburannya ke Tokyo dan Osaka pada Juni 2025.

“Prediksi gempa tak pernah akurat,” ujarnya.

“Dan Jepang, setidaknya, selalu siap dengan mitigasi bencana,” tambahnya.

Di negeri yang akrab dengan guncangan, kadang justru rumor yang paling kuat menggoyahkan keyakinan. ***

 

Pos terkait