TURISIAN.com – Malam itu, panggung Pesta Kesenian Bali 2025 (PKB) ke-47 disesaki denting ritmis dan semangat muda dari utara Gianyar.
Di tengah gemuruh baleganjur, Sanggar Yowana Giri Puspa dari Banjar Kedisan tampil menggetarkan, membawa kisah “Paksa Ningkang”. Sebuah narasi tentang ketulusan dan jejak spiritual di tanah Kedisan.
Smentara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar, Cokorda Gede Bagus Lesmana Trisnu, yang turut menyaksikan dari deret depan, tak ragu menyuarakan harapannya.
“Ya, harapan kita dengan penampilan yang luar biasa tadi, kita bisa meraih juara 1. Karena tahun lalu dan dua tahun lalu kita juga menjadi juara. Harapannya bisa mempertahankan itu,” ujar Cok Trisnu, usai menyaksikan pertunjukan.
“Paksa Ningkang” tak sekadar judul. Dalam bahasa Bali, “paksa” berarti burung. Sementara “ningkang” berasal dari “ning” (tulus, suci) dan “kang” (orang pertama).
BACA JUGA: Geliat Ekonomi dan Pariwisata di Panggung Pesta Kesenian Bali
Di tangan Yowana Giri Puspa, kisah ini dihidupkan sebagai penghormatan pada perjalanan spiritual Ki Gusti Kacang Pawos. Sosok yang menjejakkan kaki di Bukit Burung dan kelak menempati Desa Kedisan, Tegallalang, Gianyar.
Sedangkan, Cok Trisnu menyebut persiapan dilakukan sejak Januari 2025. Latihan intens dan pendampingan dari tim Dinas Kebudayaan Gianyar menjadi bagian dari proses.
Bahkan, sempat ada pergantian personel akibat aturan ketat lomba. Dimana, peserta tahun sebelumnya tak boleh tampil kembali. Tapi kendala itu tak menyurutkan semangat.
“Semua teratasi, dan mereka tampil maksimal,” katanya.
Pesta Kesenian Bali 2025 kali ini memang mengangkat tema Paksa Ningkang. Dan bagi Gianyar, judul itu lebih dari sekadar tema lomba.
Ia adalah bagian dari identitas. Bila dewan juri sepakat, Gianyar boleh jadi akan pulang dengan mahkota juara ketiga kalinya secara beruntun. ***
