TURISIAN.com – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tetap kukuh dan bersikeras melarang study tour, meski Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti telah mengizinkan pelaksanaan study tour.
Alasannya tak main-main. Menurut Dedi, study tour ke luar provinsi berpotensi membebani orangtua siswa, khususnya mereka yang berkantong tipis.
“Saya tahu kemampuan ekonomi rakyat Jabar. Saya cinta Jabar. Larangan study tour itu karena saya ingin menjaga stabilitas ekonomi warga,” ujar Dedi, seperti dikutip dari Kompas.com, Selasa, 25 Maret 2025.
Selain itu, Dedi mengkritik praktik study tour yang kerap menjelma menjadi lahan bisnis bagi sekolah-sekolah.
Dengan harga paket perjalanan yang melambung, tak sedikit orangtua yang harus merogoh kocek dalam-dalam demi anak mereka ikut serta.
Di sisi lain, ketimpangan sosial di antara siswa pun kian terasa.
“Posisi siswa di kelas jadi minder. Ini melahirkan masalah baru,” tambahnya.
Jalan Tengah ala Mu’ti
Sementara itu, Mendikdasmen Abdul Mu’ti berpendapat bahwa study tour masih bisa menjadi ajang pembelajaran yang berharga, asal pelaksanaannya dilakukan dengan matang.
Ia meminta sekolah memastikan bus pariwisata yang digunakan layak jalan serta sopir bus memiliki jam terbang yang memadai.
“Tolonglah dipastikan betul terutama menyangkut mitra transportasinya karena banyak kecelakaan terjadi,” ujar Mu’ti pada Senin, 24 Maret 2025.
Baginya, yang terpenting adalah memastikan keamanan siswa dan memastikan pengalaman yang diperoleh memiliki nilai edukasi.
BACA JUGA: Dedi Mulyadi Menangis di Puncak, Alih Fungsi Lahan Kian Mengkhawatirkan
Namun, argumen itu tak menggoyahkan Dedi. Sejak awal pelantikannya sebagai Gubernur Jawa Barat pada Februari 2025, ia sudah mantap menolak atau melarang study tour.
Menurutnya, ada banyak cara memberikan pengalaman belajar tanpa harus bepergian jauh. Ia merekomendasikan kegiatan pendidikan di luar kelas yang dilakukan di lingkungan sekitar.
“Saya tetap pada keputusan saya. Kalau kepala sekolah tetap ingin mengadakan study tour, silakan berhadapan dengan saya,” tegasnya.
Sikap Dedi ini menuai respons beragam. Ada yang mengapresiasi langkahnya dalam menjaga ekonomi rakyat. Namun tak sedikit pula yang menyayangkan kebijakan itu.
Mereka menganggap kebijakan ini sebagai bentuk pembatasan terhadap pengalaman belajar siswa.
Dengan dua pandangan yang saling berseberangan, masa depan study tour di Jawa Barat kini tergantung pada sejauh mana sekolah-sekolah berani mengambil sikap.
Satu hal yang pasti, bagi Dedi, keselamatan dan kesejahteraan siswa tetap menjadi prioritas utama. ***