TURISIAN.com – Jembrana tampak semarak. Menjelang Hari Raya Nyepi, ratusan anak memadati jalan-jalan kota Negara, mengusung ogoh-ogoh yang megah dan penuh warna.
Tradisi tahunan ini tak sekadar perayaan, tetapi juga upaya menanamkan nilai budaya sejak dini.
“Dengan melibatkan anak-anak dalam pawai ogoh-ogoh, saya yakin budaya dan tradisi Bali akan tetap lestari hingga seratus tahun ke depan,” ujar Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan, saat membuka pawai pada Rabu 19 Maret 2025, di Negara.
Baginya, regenerasi budaya adalah kunci. Pengenalan budaya sejak dini, katanya, akan menumbuhkan rasa memiliki yang kuat.
Sejak kecil, anak-anak belajar bahwa ogoh-ogoh bukan sekadar patung raksasa, tetapi simbol kejahatan yang harus disingkirkan menjelang Nyepi.
BACA JUGA: Mengenal Lebih Dekat Tradisi Kesenian Bali di Museum Ogoh-ogoh
Sebanyak 33 kelompok anak-anak turut ambil bagian dalam pawai ini, dengan total 83 ogoh-ogoh. Setiap patung hasil kreativitas anak-anak itu mencerminkan imajinasi dan semangat yang menggelora.
“Di setiap ogoh-ogoh, terselip harapan dan impian mereka. Inilah wajah masa depan pewaris budaya Bali,” kata Ketua Panitia Penyelenggara, AA.B Hendra Sugihantara Putra.
Pelaksanaan pawai ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Jembrana, bekerja sama dengan Peradah Jembrana.
Termasuk, dengan Kelompok Kerja Bunda PAUD Jembrana, Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak, dan berbagai organisasi lainnya.
Sementara itu, tradisi pawai ini sendiri merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan Nyepi.
Patung berwujud makhluk seram ini melambangkan kekuatan jahat yang harus disingkirkan. Setelah diarak, ogoh-ogoh dibakar sebagai simbol penyucian alam dan diri.
“Secara filosofis, pembakaran ogoh-ogoh menandai pembersihan dari unsur negatif, menyambut tahun baru Caka dengan hati yang bersih,” jelas Wayan Udiana, seorang budayawan Jembrana.
Pawai yang melibatkan anak-anak di Jembrana bukan sekadar tontonan. Ia adalah cermin kekayaan tradisi yang terus hidup. Diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dengan langkah kecil mereka di sepanjang jalan, masa depan budaya Bali terus berdenyut. ***