Museum Wayang, Ikon Kota Tua yang Bertransformasi

Museum Wayang
(Instagram/@museumwayang)

TURISIAN.com – Museum Wayang di kawasan Kota Tua, Jakarta, kini tampil dengan wajah baru yang memikat. Berbekal pembaruan total, museum ini menyandingkan keanggunan sejarah.

Tentu saja, dengan sentuhan teknologi modern, menjadikannya magnet baru bagi pencinta budaya dan wisata edukasi.

Sri Kusumawati, Kepala Unit Pengelola Museum Seni Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, menegaskan bahwa pembaruan ini meliputi restorasi bangunan cagar budaya hingga peremajaan ruang pamer.

“Kami memutuskan untuk mengembalikan elemen asli bangunan lama, membebaskan dinding, sehingga pengunjung bisa menikmati keindahan arsitekturnya,” ujarnya, Jumat lalu.

Museum kini terdiri dari dua bangunan, lama dan baru. Tata pameran dirancang minimalis untuk menonjolkan koleksi wayang sebagai pusat perhatian. Sekaligus menjaga estetika bangunan bersejarah.

Sementara itu, Ruang pamer yang lapang memungkinkan pengunjung lebih leluasa menikmati koleksi yang ditampilkan.

Sri menambahkan, meski tidak ada koleksi baru, jumlah wayang yang dipamerkan dikurangi untuk menciptakan ruang yang lebih nyaman.

“Kami akan rotasi koleksi setiap tiga bulan. Jadi, pengunjung selalu punya alasan untuk kembali,” katanya.

BACA JUGA: Berkunjung ke Warisan Leluhur Nusantara di Museum Pusaka TMII, Ini Harga Tiket Masuknya

Yang tak kalah menarik adalah hadirnya ruang imersif yang dilengkapi teknologi mutakhir.

Hologram, permainan interaktif, hingga fitur kecerdasan buatan (AI) membawa pengunjung merasakan pengalaman masa lalu yang dirancang untuk memikat generasi muda.

“Melalui ruang ini, kami ingin mereka belajar budaya sambil bermain. Perlahan, mereka akan mencintai warisan kita,” ujar Sri penuh harap.

Pembaruan ini juga dirancang untuk inklusivitas. Bangunan baru yang ramah difabel memastikan museum dapat dinikmati semua kalangan.

Pengunjung ruang imersif disarankan memesan sesi khusus agar pengalaman lebih teratur dan nyaman.

Dengan transformasi ini, Museum Wayang tak sekadar menjadi destinasi wisata, melainkan juga pusat edukasi dan pelestarian budaya yang memadukan nilai sejarah dengan kemajuan teknologi.

Sebuah langkah menjadikan Jakarta pusat budaya yang progresif. ***

Pos terkait