Kota Bengawan Solo, Kota Idaman untuk Menikmati Hidup “Slow Living”

Kota Bengawan Solo
Seorang wanita muda saat mengikuti event karnaval di Kota Solo. Kota yang saat ini menjadi favorit untuk menikmati masa pensiun. (Dok.Pixabay,com)

TURISIAN.com – Kota Bengawan Solo,  dengan segala daya tariknya, kian mantap menduduki posisi teratas dalam daftar kota pilihan untuk menikmati hidup saat pesiun (slow living).

Lingkungannya yang sehat, aman, biaya hidup yang ramah di kantong, serta infrastruktur yang memadai menjadi beberapa alasan kuat.

Tak hanya soal persepsi, fakta ini diperkuat oleh survei yang dilakukan Kompas dan Goodstat, belum lama ini.

Kota seluas 46,72 kilometer persegi ini dinobatkan sebagai destinasi utama masyarakat Indonesia untuk menghabiskan masa tua.

Bukan tanpa alasan, Solo memang menawarkan ketenangan dan kenyamanan yang sulit ditandingi.

Solo yang Ramah Lansia dan Praktik Slow Living

Sementara itu, Pengamat Tata Ruang dan Tata Kota Universitas Sebelas Maret (UNS), Murtanti Jani Rahayu, menegaskan bahwa tata kota Solo mendukung gaya hidup lambat.

“Jalanan di Solo relatif teratur, sehingga ramah bagi pengendara maupun pejalan kaki,” katanya.

Meski kemacetan kadang terjadi, hal itu dinilai hanya di waktu tertentu. Secara keseluruhan, kondisi lalu lintas masih jauh lebih nyaman dibanding kota besar lainnya.

Selain itu, ruang publik yang banyak dan nyaman seperti Manahan dan Balekambang memberikan tempat bagi warga untuk melepas penat.

Sedangkan, transportasi publik seperti Batik Solo Trans (BST) dan feeder juga menjadi nilai tambah.

Dengan rute yang menjangkau hampir seluruh pelosok kota, transportasi ini dinilai andal dan terjangkau.

“Pasar tradisional di Solo juga berperan penting, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga sebagai ruang interaksi sosial,” tambah Murtanti.

BACA JUGA: Grebeg Sudiro di Solo Hadirkan Berbagai Event, Ada Festival Lampion

Oase di Tengah Kehidupan Serba Cepat

Begitu apa yang disampaikan Sosiolog UNS Solo, Akhmad Ramdhon. Ia melihat tren slow living sebagai respons terhadap kehidupan perkotaan yang serba cepat dan penuh tekanan.

“Budaya kota besar yang menuntut segalanya instan sering kali menimbulkan kejenuhan dan rasa dehumanisasi,” ujarnya.

Dalam konteks ini, Solo menawarkan alternatif. Meski modern, kota ini tetap mempertahankan kearifan lokal dan tradisi yang kuat.

Event budaya, makanan lezat nan murah, dan moda transportasi yang mudah diakses menjadikan Solo sebagai tempat ideal untuk menghabiskan masa tua.

“Solo adalah kota yang memungkinkan Anda menikmati hidup dengan ritme yang lebih lambat. Namun tetap relevan dengan kebutuhan modern. Ini adalah kombinasi yang sulit ditemukan di tempat lain,” tutup Akhmad.

Maka tak heran, Kota Bengawan Solo menjadi magnet bagi mereka yang ingin menjalani masa tua dengan tenang atau sekadar menemukan harmoni dalam hidup lambat. ***

Pos terkait