Lebih lanjut Arif mengatakan, semua objek wisata pantai di Gunungkidul tersebut memiliki daya tarik wisata tersendiri yang menajdi khasnya. Pelaku usaha wisata di lokasi kini semakin kreatif memberikan atraksi agar wisatawan tidak jenuh.
Sementara untuk kunjungan wisatawan asing masih mayoritas ke pantai, kata Arif, mereka rata-rata dari negara-negara di Eropa.
“Namun pasca pandemi saat ini baru 10 persen wisatawan asing yang berkunjung. Mereka cenderung lebih senang ke destinasi minat khusus, seperti Kalisuci. Dulu Gua Pindul favorit namun sudah ramai jadi wisatawan asing berpindah ke Kalisuci dengan bodyrafting yang lebih menantang,” paparnya.
“Lalu ada Gua Jomblang yang hampir 100 persen pengunjungnya wisatawan asing. Kurangnya wisawatan lokal mungkin berat dengan harganya yang cukup mahal,” tambah Arif.
Strategi Wisata Gunungkidul
Terkait strategi ke depannya, Arif menyampaikan, saat ini wisata Gunungkidul masih dominan ke wilayah selatan. Sehingga harapan ke depannya wisata ini tumbuh tidak hanya di selatan, tapi juga menyebar ke utara, timur, dan barat dan berdampak pada pencitraan dan kesejahteraan masyarakat.
“Untuk itu upaya dari Dispar Gunungkidul ke depannya bisa meningkatkan infrastruktur karena akses jalan ke destinasi masih jalan yang kurang lebar. Lalu upaya pengembangan wisata-wisata alternatif selain pantai namun masih berupa alam, seperti melalui desa-desa wisata,” jelas Arif.
Ia juga menuturkan, untuk strategi promosi, Dispar Gunungkidul melakukannya dengan cara seefektif mungkin karena memang keterbatasan anggaran.
Baca juga: Berlibur di Yogyakarta, Jangan Lupa Mampir ke Embung Nglanggeran di Kaki Gunung Api Purba
“Seminimal mungkin cost namun berdampak maksimal. Seperti promosi melalui sosmed yang kami miliki, dominannya di Instagram. Kemudian melalui event meskipun terbatas, seperti tahun ini hanya ada 2 event. Oleh karena itu, kita sangat terbuka untuk pelaku-pelaku event yang ingin menyelenggarakan event di Gunungkidul silakan,” terangnya.