Tangerang Menyisihkan Riang Festival Budaya untuk Solidaritas Sumatra–Aceh

Festival Budaya
(Instagram/@tangerangkota)

TURISIAN.com — Di tengah denting gamelan dan hiruk pencak seni Festival Budaya yang memenuhi aula Mall Metropolis, Pemerintah Kota Tangerang menyelipkan satu ruang hening.

Sebuah posko donasi untuk korban banjir dan longsor di Sumatra dan Aceh didirikan. Posko itu dibuka sepanjang rangkaian Festival Budaya Kota Tangerang, 5–7 Desember 2025.

Tujuannya, sebagai wadah partisipasi warga yang datang menonton maupun sekadar melintas.

“Kami ingin festival ini bukan hanya perayaan seni, tapi juga wadah kepedulian,” ujar Wali Kota Tangerang, Sachrudin, Sabtu siang, 6 Desember 2025.

Di meja kaca tempat donasi ditampung, beberapa pengunjung tampak berhenti sebentar, merogoh saku, menaruh uang, lalu melanjutkan langkah.

Menurut Sachrudin, aparatur Pemerintah Kota Tangerang lebih dulu menggalang dana kemanusiaan dan berhasil mengumpulkan Rp477 juta.

Dana itu dihimpun melalui Dinas Sosial, sebelum disalurkan lewat lembaga resmi yang menangani bantuan untuk masyarakat Sumatra dan Aceh.

“Semua sesuai kebutuhan di lapangan,” katanya.

Ia menambahkan, Festival Budaya bukan sekadar panggung hiburan tahunan. Di balik sorot lampu, festival ini diposisikan sebagai penanda bahwa nilai gotong royong.

Warisan yang telah melekat lama dalam masyarakat dan masih hidup di tengah kota yang terus bergerak ke arah modern.

“Inilah kekuatan Kota Tangerang, kota heterogen yang tumbuh dari solidaritas warganya,” ucapnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Maryono Hasan menimpali dengan apresiasi. Baginya, festival ini bukan hanya katalog ragam budaya, tetapi juga ruang kolaborasi yang menghidupkan kreativitas masyarakat.

“Kita patut bangga atas warisan budaya yang terus mengharumkan nama Tangerang, baik di tingkat nasional maupun internasional,” ujarnya.

BACA JUGA: Tempat Wisata Hits di Tangerang Selatan, Alternatif Seru untuk Liburan

Kesenian Khas Tangerang

Festival Budaya tahun ini memperluas panggungnya. Selain menampilkan kesenian khas Tangerang, penyelenggara juga mengundang kelompok seni dari Tangerang Selatan, Cilegon, hingga Ponorogo.

Mereka membawa irama dan warna berbeda ke tengah keramaian.

Sedangkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang, Boyke Urif Hermawan, menyebut Mall Metropolis dipilih sebagai ruang ekspresi yang lebih akrab dengan publik.

Tempat seni, kreativitas, dan promosi pariwisata bertemu. Di lantai bawah mal, stan UMKM berjajar, food truck mengepulkan wangi masakan.

Sementara produk kreatif lokal mengisi rak-rak kecil yang disorot lampu kuning.

“Selain seni dan budaya, kami juga menyediakan stan pelayanan publik agar masyarakat bisa langsung mengakses informasi dan layanan dari instansi terkait,” kata Boyke.

Festival pun berjalan dalam dua wajah: satu meriah, satu penuh empati. Di antara keduanya, warga Tangerang menemukan alasan untuk berhenti sejenak. Merayakan budaya sekaligus memperkuat solidaritas. ***

Pos terkait