AirNav Indonesia Siaga Jaga Langit untuk 76.972 Pergerakan Pesawat Saat Nataru

AirNav Indonesia
Ilustrasi penumpang saat turun dari pesawat baling-baling di Kualanamu International Airport, Medan, Sumatera Utara. (Foto: Dok.Unsplash.com/Edwin Petrus)

TURISIAN.com – Langit Indonesia bersiap menghadapi lonjakan lalu lintas udara menjelang Natal dan Tahun Baru 2025/2026. Untuk itu, AirNav Indonesia mengerahkan seluruh sumber daya.

Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) ini memastikan navigasi penerbangan tetap akurat. Termasuk menjaga tetap aman dan efisien di ribuan rute domestik maupun internasional.

“AirNav telah menyiapkan langkah-langkah untuk menjamin kelancaran penerbangan dan pengawasan keamanan navigasi. Personel kami juga siap berkoordinasi dengan seluruh instansi terkait,” kata Direktur Utama AirNav Indonesia, Capt. Avirianto Suratno, dalam keterangan persnya di Bandung, Kamis 13 November 2025.

AirNav memproyeksikan ada 76.972 pergerakan pesawat di seluruh bandara Indonesia selama periode angkutan Natal dan Tahun Baru yang berlangsung 18 hari.

Angka itu naik sekitar 3,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Dalam masa puncak, intensitas penerbangan harian diperkirakan menyentuh 4.300 hingga 5.000 pergerakan pesawat.

BACA JUGA: KAI Siaga Hadapi Lonjakan Penumpang Nataru, Libatkan 735 Petugas

Sedangkan untuk menjaga kelancaran arus udara, AirNav mengandalkan Indonesia Network Management Center (INMC). Infrastruktur ini  sebagai pusat pengawasan dan koordinasi nasional yang beroperasi 24 jam.

Fasilitas ini berfungsi seperti “menara kendali di atas menara kendali”—mengintegrasikan pergerakan lalu lintas udara dari Sabang hingga Merauke.

“Kami memastikan kesiapan personel, peralatan, dan prosedur operasi, serta memperkuat koordinasi lintas-stakeholder,” ujar Avirianto.

Sementara itu Direktur Operasi AirNav Indonesia, Setio Anggoro, menambahkan bahwa pengoptimalan INMC menjadi kunci saat terjadi lonjakan penerbangan.

Melalui pusat orkestrasi ini, AirNav dapat menyesuaikan rute, kapasitas ruang udara, dan urutan keberangkatan secara cepat mengikuti perubahan kondisi lapangan.

“Langkah operasionalnya meliputi penyesuaian kapasitas ruang udara, pengurutan keberangkatan dan kedatangan, koordinasi slot bandara, hingga penggunaan jalur udara alternatif,” kata Setio.

Semua upaya itu, katanya, bermuara pada satu tujuan: penumpang berangkat dan tiba lebih lancar, efisiensi tercapai, keselamatan tetap nomor satu. ***

Pos terkait