Wamenekraf Irene Umar Dorong Ekonomi Restoratif dari Daerah

ekonomi restoratif
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, saat memberikan sambutan pada kegiatan Belajar Silang Lintas Sektor untuk Ekonomi Restoratif / Pertanian Regeneratif / Ekonomi Kreatif dan Inovasi Berbasis Desa dan Pemberdayaan Perempuan yang berlangsung di Kampus Bambu Komodo, Jakarta, Selasa 23 Oktober 2025 lalu. (Foto: Dok.Kemenrterian Ekraf)

LABUAN BAJO — Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar menekankan pentingnya membangun kekuatan ekonomi restoratif dari akar rumput.

Menurutnya, kemandirian daerah adalah kunci menuju ekosistem ekonomi kreatif yang berkelanjutan dan mandiri.

“Sejak awal kami percaya, pembangunan harus berangkat dari daerah. Kalau bisa dimulai dari desa, hasilnya akan jauh lebih kuat. Indonesia terlalu luas untuk hanya terpusat di kota-kota besar,” ujar Irene dalam keterangan pers, Kamis, 30 Oktober 2025.

Irene menilai, konsep ekonomi restoratif hanya bisa berjalan bila daerah diberi ruang untuk mengelola potensinya sendiri.

Ia mendorong pemerintah daerah memetakan tiga keunggulan khas wilayahnya: potensi manusia, budaya, dan sumber daya alam.

Dari situ, arah pengembangan ekonomi kreatif bisa lebih terukur dan berdampak.

“Kalau tiap daerah mengenali dan mengembangkan potensinya, itu akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang dimulai dari bawah,” kata Irene.

Ia menyinggung pula soal Asta Cita Ekraf, program prioritas yang menekankan kemandirian, penciptaan lapangan kerja berkualitas, serta penguatan ekonomi berbasis potensi lokal.

Kampus Bambu Komodo

“Kemandirian pangan bukan berarti harus berskala nasional,” ujarnya.

“Itu dimulai dari rumah, desa, kota, hingga provinsi. Negara ini sangat kaya, tapi sering kita lupa menghargai kekayaan sendiri.”

Dalam kunjungannya ke Kampus Bambu Komodo, Labuan Bajo, pada 28 Oktober lalu, Irene memberi apresiasi pada inisiatif Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL).

Program ini, kata dia, bukan sekadar soal produk bambu, melainkan tentang kepercayaan, kolaborasi, dan kemandirian komunitas.

Ia menyoroti peran perempuan sebagai penggerak utama rumah tangga dan ekonomi komunitas. Serta inovasi sepeda bambu karya warga lokal yang dianggapnya simbol kreativitas lintas sektor.

“Kita perlu mendengar langsung dari masyarakat,” tutur Irene. “

Tanpa memahami masalah di lapangan, solusi tak akan lahir. Mari kita terbuka, berkolaborasi, dan bergerak bersama,” sambungnya.

Bagi Irene, ekonomi kreatif bukan sekadar sektor penunjang, melainkan gerakan untuk menegakkan martabat lokal.

Dari bambu di Labuan Bajo hingga ide di pelosok desa, ia percaya, kemandirian Indonesia tumbuh dari bawah—dari tangan masyarakatnya sendiri. ***

 

Pos terkait