TURISIAN.com – Privasi dan keamanan data menjadi taruhan utama di tengah derasnya gelombang kecerdasan buatan.
Chief Operating Officer (COO) Google Cloud, Francis DeSouza, menegaskan hal itu saat berbicara dalam sesi media roundtable di Singapura, Rabu, 27 Agustus 2025.
“Pertanyaannya, bagaimana Anda bisa mengamankan model? Apa pelindung yang memastikan model tetap aman?” kata DeSouza.
Google Cloud, kata dia, menanamkan investasi besar untuk memastikan data pelanggan tersimpan sesuai batas yurisdiksi serta terlindungi dari ancaman siber yang kian kompleks.
Tak hanya itu, perusahaan juga mengandalkan teknologi AI untuk memperkuat postur keamanan kliennya.
AI dipakai mengelola jutaan log infrastruktur TI, mendeteksi potensi pelanggaran, hingga meringankan beban pusat operasi keamanan. Dimana sisi ini kerap kewalahan dihantam banjir peringatan.
“Setiap menit dan jam sangat penting ketika pelanggaran terjadi. AI membantu otomatisasi alur kerja agar respons lebih cepat,” ujarnya.
BACA JUGA: CEO Google Umumkan Gelontoran Dana Rp1.200 Triliun untuk Infrastruktur AI dan Cloud
Sementara itu Indonesia menjadi pasar strategis Google Cloud di Asia Tenggara. Tujuh bank terbesar di negeri ini, tiga perusahaan telekomunikasi Termasuk, sejumlah ritel hingga unicorn telah menjadi pengguna setia layanannya.
Sedangkan Managing Director Southeast Asia Google Cloud, Mark Micallef, menambahkan, pemerintah, korporasi, dan perusahaan rintisan kini berbondong-bondong memanfaatkan Google Cloud AI.
Tujuannya, untuk mendorong produktivitas, mempercepat inovasi, dan memperkuat daya saing ekonomi.
Menurut proyeksi Google Cloud, adopsi AI di Asia Tenggara bisa menambah nilai ekonomi kawasan hingga 270 miliar dolar AS.
Sementara secara global, lini bisnis cloud Google mencatat pendapatan 13,6 miliar dolar pada kuartal II 2025, tumbuh 32 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Keamanan dan kepatuhan data akan menjadi faktor penentu,” ujar DeSouza. ***