TURISIAN.com – Festival Pacu Jalur kembali jadi sorotan. Tradisi lomba dayung perahu panjang khas Kuantan Singingi itu bukan lagi sekadar pesta rakyat. Melainkan telah bertransformasi menjadi panggung diplomasi budaya.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dalam keterangan resminya pada Kamis, 21 Agustus 2025, menekankan pentingnya momentum ini.
“Banyak tokoh dan publik figur dunia yang tertarik pada gerakan Togak Luan dalam Pacu Jalur. Harapan kita, festival ini semakin memperluas pengenalan Pacu Jalur,” ujar Fadli.
Ia ingin Pacu Jakur tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.
Fadli mengingatkan, promosi budaya adalah amanat konstitusi, sebagaimana tertuang dalam Pasal 32 UUD 1945.
Nada optimisme serupa jiuga disampaikan Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana.
Menurutnya, Pacu Jalur adalah contoh festival daerah yang berhasil tumbuh menjadi ikon budaya sekaligus magnet wisata.
“Kami berharap festival ini bisa menjadi primadona pariwisata daerah, menggerakkan ekonomi lokal, dan memberi manfaat berkelanjutan bagi masyarakat,” kata Widiyanti.
Dukungan juga datang dari Gubernur Riau, Abdul Wahid, yang berharap Pacu Jalur tak berhenti sebagai pesta rakyat, melainkan berkah bagi sektor pariwisata dan UMKM.
Sementara itu Bupati Kuantan Singingi, Suhardiman Amby, menambahkan, festival ini bisa menjadi gerbang pariwisata internasional sekaligus ikon budaya nasional.
Tradisi yang lahir sejak abad ke-17 ini memang sarat makna. Pada 2015, Pacu Jalur ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia dalam domain tradisi dan ekspresi lisan.
Tahun ini, sebanyak 288 perahu tradisional ikut berlaga, memperebutkan piala bergengsi pada perhelatan yang berlangsung 20–24 Agustus 2025.
Keriuhan di tepian Sungai Kuantan bukan lagi sekadar adu cepat mendayung. Ia adalah perayaan identitas, ruang ekonomi, sekaligus jendela dunia bagi Riau. ***
