TURISIAN.com – Tiga gelaran akbar tuntas digelar di Kota Bandung hanya dalam kurun waktu sepekan. Dari Pekan Kreativitas Jawa Barat, DCDC Lafitsef di ruas Jalan Soekarno, hingga Pocari Sweat Run 2025.
Tak ada riuh yang berujung ricuh, tak ada pesta yang meninggalkan jejak kotor. Semuanya berjalan lancar, aman, dan—yang lebih penting—menggerakkan denyut ekonomi kota.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyebut capaian ini sebagai sinyal kuat. Bahwa Bandung, kota yang dulu menjadi episentrum budaya pop dan kreativitas jalanan, kini kian mantap menempatkan diri sebagai tuan rumah hajatan berskala nasional, bahkan internasional.
“Bandung bisa menangani kegiatan dengan pengunjung puluhan ribu orang. Dalam waktu berdekatan, dan tetap menjaga kelancaran, keamanan, hingga kebersihan kota,” ujar Farhan di Balai Kota, Senin, 21 Juli 2025.
Pekan Kreativitas Jawa Barat menjadi panggung pertama. Selama tiga hari, 60 ribu pengunjung memadati arena. Kota Bandung tak hanya hadir sebagai peserta, tapi juga juara.
Dekranasda meraih predikat juara umum, Mojang Jajaka masuk lima besar, dan proposal investasi Bandung menembus sepuluh besar nasional.
Farhan menyebutnya sebagai bukti bahwa Bandung tetap progresif—secara sosial, budaya, dan ekonomi.
“Kami menunggu data rinci dari Bank Indonesia untuk menghitung perputaran uang yang terjadi,” katanya.
Selang satu hari, giliran Jalan Soekarno menjelma menjadi panggung komunitas.
DCDC Lafitsef—festival musik dan kreatif—menyulap kawasan itu menjadi ruang ekspresi publik dari pagi hingga malam.
Ribuan warga larut dalam riuh rendah pertunjukan dan bazar. Lalu lintas sedikit tersendat, tapi tetap terkendali. “Ini bukti warga dan komunitas bisa berkolaborasi dengan baik,” ucap Farhan.
BACA JUGA: Hotel di Kota Bandung Berhasil Meraup Untung dari Berbagai Event
Pocari Sweat Run
Sementara itu, puncaknya adalah Pocari Sweat Run 2025, diikuti lebih dari 15 ribu pelari dari berbagai penjuru negeri.
Sebuah agenda sport tourism yang menurut Farhan menempatkan Bandung sejajar dengan Jakarta, Jogja, hingga Bali.
“Ini momentum penting,” katanya.
Meski begitu, ia mencatat ada sejumlah catatan teknis yang harus dievaluasi, seperti arus lalu lintas dan titik perpotongan pelari.
Di balik sorak-sorai itu, geliat ekonomi pun terasa. Pemerintah Kota mencatat:
- Sekitar Rp71 miliar dari sektor perhotelan selama tiga malam,
- Rp35 miliar dari kegiatan yang terkait langsung dengan Pocari,
- Dan tambahan Rp12–16 miliar dari transaksi selama Pekan Kreativitas.
Namun, Farhan menegaskan bahwa ini bukan sekadar perhitungan kas.
“Yang utama adalah menghidupkan kota. Menjadikan Bandung sebagai ruang publik yang aktif, sehat, dan menyenangkan. Kalau ada nilai ekonomi, itu bonus,” katanya.
Sedangkan Bandung juga mulai melangkah ke tahap berikutnya. Sejumlah investor dan perusahaan teknologi disebut Farhan tengah membangun ekosistem berbasis data dan blockchain untuk memetakan perilaku wisatawan.
“Saat kita bilang 15.000 pelari, itu bukan cuma angka. Tapi data. Kita akan gunakan itu untuk membuat kebijakan yang lebih presisi ke depan,” ujarnya.
Dengan suksesnya tiga gelaran itu, Pemerintah Kota Bandung merasa percaya diri.
Festival seni, ajang olahraga, hingga forum investasi—semuanya kini terasa lebih mungkin untuk digelar.
“Kota Bandung bukan hanya bisa menggelar acara, tapi juga mengelolanya dengan baik,” kata Farhan.
“Inilah kota yang ingin kita bangun: aktif, produktif, sehat, dan menyenangkan bagi siapa pun.”