TURISIAN.com – Embun pagi mengkristal di ujung rerumputan dan lautan pasir Bromo memucat oleh suhu yang menggigilkan.
Udara tipis dan dingin membungkus kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sejak awal Juli.
Suhu tercatat menyentuh angka ekstrem—5 hingga 7 derajat Celsius. Dalam cuaca seperti itu, niat menyaksikan matahari terbit dari puncak bukit bisa berubah menjadi petualangan yang berisiko.
“Jika memang tidak sehat atau tidak tahan dingin, mohon ditunda dulu perjalanannya ke Bromo. Atau jangan pada saat sunrise. Berkunjunglah ketika matahari sudah bersinar dan mulai hangat,” ujar Kepala Bagian Tata Usaha TNBTS, Septi Eka Wardhani, Senin, 14 Juli 2025.
Imbauan itu bukan tanpa alasan. Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah pengunjung mengeluhkan kondisi fisik yang menurun akibat terpaan suhu rendah saat fajar. Beberapa bahkan nyaris hipotermia.
Septi menegaskan, keindahan Bromo tak semata-mata tersaji dalam momen matahari terbit.
BACA JUGA: Primadona Wisata Alam Bromo Tak Sebahagia Tahun Lalu, Ini Penyebabnya
Ranu Kumbolo
“Pemandangan tetap memesona, bahkan ketika langit mulai cerah dan hangat,” katanya.
Sementara itu, cuaca ekstrem ini juga menjadi peringatan bagi para pendaki yang hendak menuju Ranu Kumbolo atau jalur-jalur pendakian lain di kawasan TNBTS.
Pengelola mengingatkan pentingnya kesiapan fisik dan perlengkapan. Mulai dari jaket tebal, sarung tangan, penutup kepala, hingga logistik pribadi yang cukup.
“Mendaki berbeda dengan jalan-jalan biasa,” kata Septi.
Ia mengingatkan agar para pendaki menyiapkan tenda dan perlengkapan tidur yang tahan suhu rendah.
“Kami yakin pendaki berpengalaman sudah memahami risiko ini.”
Sedangkan di lapangan, para pengemudi jip juga ikut merasakan ganasnya hawa dingin.
Fendi, salah satu sopir jip rute Bromo, menyebut suhu pagi hari sudah menyentuh 7 derajat Celsius.
“Hampir ada yang beku di lautan pasir, dingin banget,” katanya kepada Kompas, Jumat, 11 Juli 2025.
Selain suhu, faktor keselamatan lain turut menjadi perhatian. Jalur menuju Bromo via Probolinggo, misalnya, dilaporkan rawan bagi pengendara motor matik karena medan curam dan licin.
Musim kering memang kerap membawa pesona visual terbaik lautan pasir Bromo. Tetapi tahun ini ia datang dengan wajah lain, cantik namun dingin dan menggigit.
Bagi para pemburu lanskap dan pendaki, pilihan bijak adalah menunda romansa sunrise demi keselamatan. ***