Keseruan Festival Gunung Slamet, Tradisi Perang Tomat di Purbalingga

Festival Gunung Slamet
Gerakan para penari tradisional saat memeriahkan acara Festival Gunung Slamet di Purbalingga. Foto: Dok.Kemenparekraf

TURISIAN.com – Desa Serang di Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu 14 Juli 2024 mendadak meriah karena Festival Gunung Slamet (FGS).

Salah satu acara yang paling dinanti yakni perang tomat. Dimana, ada puluhan orang yang terbagi dalam dua regu saling melempar tomat. Tomat-tomat tersebut,  dipetik dari perkebunan warga di kaki Gunung Slamet.

Tradisi perang tomat ini sekilas mengingatkan pada permainan konsol lawas, Harvest Moon. Namun, tak seperti di permainan. Tomat yang digunakan adalah tomat yang tidak layak konsumsi.

“Tradisi ini sebagai rasa syukur warga atas panen yang berlimpah,” ujar Kepala Desa Serang, Sugito.

BACA JUGA: Pj Gubernur Bey Sebut Asia Africa Festival Gelorakan Spirit Dasa Sila Bandung

Festival Gunung Slamet tahun ini berlangsung selama tiga hari, sejak Jumat hingga Minggu, 12-14 Juli 2024. Puncak acara digelar pada Sabtu dimulai dengan rangkaian adat pengambilan air di Tuk Sikopyah pada pagi hari.

Sesi ini  diikuti kirab budaya desa seputaran kaki Gunung Slamet. Malam harinya, para pengunjung dihangatkan oleh penampilan bintang tamu Fiersa Besari di panggung ‘Akustik Kabut Lembut’.

Selain perang tomat, festival ini juga menawarkan berbagai kuliner dan kudapan khas masyarakat Gunung Slamet.

“Para pengunjung dapat menikmati berbagai kuliner dan kudapan khas masyarakat Gunung Slamet,” kata Sugito.

BACA JUGA: Hujan Tak Surutkan Semangat Karnaval Asia Africa Festival 2024, Warga Berjejer di Pinggir Jalan

Agenda Karisma Event Nusantara

Sementara itu, FGS Purbalingga masuk sebagai salah satu event unggulan dalam Karisma Event Nusantara (KEN).

Sebuah event yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

“Selling point yang sangat menarik dari Festival Gunung Slamet ini adalah dari segi pesan mengenai kelestarian lingkungan,” ujar Menparekraf Sandiaga Uno saat membuka acara FGS, Jumat lalu.

FGS, yang telah memasuki tahun ketujuh, berhasil mendapatkan tempat di hati wisatawan.

BACA JUGA: Bandung Surganya Wisata Kuliner dengan Ragam Festival yang Menggugah Selera

Sandiaga yakin Festival Gunung Slamet akan menggerakkan ekonomi. Tidak hanya di Purbalingga tetapi juga daerah sekitar Gunung Slamet.

Sedangkan, Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, menyatakan bahwa Objek Wisata D’las yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Serang setiap tahunnya membukukan keuntungan sebesar Rp 9 miliar.

“Besar harapan, dengan masuknya FGS di Kalender KEN. Semakin banyak wisatawan baik asing maupun dalam negeri yang akan berkunjung ke Kabupaten Purbalingga, terutama ke D’las Serang,” pungkasnya.

Festival Gunung Slamet, dengan segala keunikannya, tidak hanya menjadi ajang hiburan. Namun juga sarana memperkuat ekonomi lokal dan melestarikan budaya serta lingkungan sekitar Gunung Slamet. ***

Pos terkait