Festival Pakariang 2025, Ajang Kreativitas Bocah-bocah Kota

Festival Pakariang 2025
Anak-anak Kupang ini melakukan permainan tradisional dalam Festival Pakariang 2025. (Instagram/@festivalpakariang)

TURISIAN.com – Festival Pakariang 2025 kembali menghidupkan hiruk-pikuk permainan tradisional di Kupang. Didukung Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, ajang ini menjadi ruang bermain.

Selain itu kegiatan ini juga sekaligus laboratorium kreatif bagi bocah-bocah kota yang kian jarang bersentuhan dengan permainan warisan leluhur.

“Festival ini menghadirkan berbagai aktivitas yang menonjolkan nilai kebersamaan dan gotong royong,” ujar Koordinator Festival Pakariang, Yedida Letedara, Sabtu 8 November 2025.

Pakariang, singkatan dari Pesta Permainan Tradisional dan Kreativitas Anak Kupang, terakhir digelar pada 2015 dan 2017.

Tahun ini, festival itu kembali digelar sebagai upaya membuka ruang interaksi antaranak dan keluarga.

“Kami ingin permainan yang lama terlupakan ini kembali menemukan penontonnya,” kata Yedida.

BACA JUGA: Menjelajah Wisata Batam, Dari Pantai Eksotis hingga Lanskap Perbukitan

Selain merayakan permainan tradisional, Pakariang diarahkan menjadi medium mengasah kreativitas. Termasuk,memperkuat hubungan sosial di tengah derasnya pergeseran pola bermain ke ranah digital.

Hampir 40 jenis permainan ditampilkan, mulai dari kayu doi, gasing kayu, congklak, lompat tali, sampai benteng.

Di sela riuh permainan, pengunjung kecil juga diajak membuat bekal pangan lokal, belajar bahasa isyarat, memilah sampah, hingga mengikuti lomba mewarnai.

“Harapannya, anak-anak kembali mengenali permainan tradisional dan membawa pulang pengalaman yang melekat,” ucap Yedida.

Sementara itu Putu Rahmadewa Eka Karma dari BPK Wilayah XVI menyebut kegiatan ini penting sebagai bagian dari upaya pemajuan kebudayaan.

Sekitar seratus peserta anak-anak hadir dalam gelaran tersebut. Kegiatan ini  merupakan satu dari 31 program Dana Bantuan Pemerintah Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2025 tahap pertama.

“Permainan tradisional adalah salah satu dari sepuluh objek pemajuan kebudayaan. Di sini anak-anak bisa bermain sekaligus belajar,” katanya. ***

Pos terkait