TURISIAN.com – Perjalanan Jakarta–Bandung tak lama lagi bakal punya jalur tandingan.Selain kereta cepat Whoosh bakal ada tol baru.
Pemerintah tengah merampungkan Jalan Tol Jakarta–Cikampek (Japek) II Selatan sepanjang 62 kilometer.
Infrastruktur anyar ini digadang-gadang bisa memangkas waktu tempuh ke Kota Kembang.
Hanya saja, menurut pengamat transportasi Djoko Setijowarno, jalur baru itu berpotensi bersinggungan langsung dengan layanan Whoosh.
“Kalau lewat tol, memang ruasnya hanya 45 menit. Tapi masuk Kota Bandung tetap macet,” kata Djoko, yang juga akademikus Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Rabu 1 Oktober 2025.
Sebaliknya, Whoosh unggul karena bisa menembus lebih dekat ke pusat kota. Meski begitu, stasiunnya berada di pinggiran Bandung, bukan di jantung kota.
“Keunggulannya, kereta cepat bisa sampai hampir ke tengah kota. Tol meski ada, belum tentu bisa langsung tembus,” ujar Djoko.
Hitung-hitungan Waktu Tempuh
Data Indonesia.go.id menyebut, melintas penuh ruas Japek II Selatan butuh 45 menit hingga satu jam dengan kecepatan 80 km/jam.
Tol ini terbentang dari Jatiasih, Bekasi, hingga Sadang, Purwakarta.
Setelah itu, pengendara masih harus melanjutkan perjalanan sejauh 60 kilometer lewat Tol Cipularang dan Purbaleunyi. Tambahannya sekitar 1 jam 15 menit.
Artinya, dari pintu Jatiasih hingga Bandung, waktu tempuh mencapai kurang-lebih dua jam.
BACA JUGA: DAMRI Buka Rute Eksekutif Jakarta–Yogyakarta via Tol Trans Jawa
Itu pun belum termasuk perjalanan dari Jakarta menuju gerbang tol Japek II Selatan.
Di sisi lain, Whoosh hanya butuh 30 menit dari Stasiun Halim, Jakarta Timur ke Stasiun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Dan 45 menit ke Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung.
Dari Padalarang, penumpang bisa menyambung dengan KA Feeder ke Bandung dalam 20 menit. Total 50 menit.
Sedangkan dari Tegalluar, perjalanan lanjut dengan bus memakan waktu sekitar 45 menit. Total 90 menit.
Dengan begitu, Whoosh masih unggul sebagai moda tercepat menuju pusat Kota Bandung, dibanding Japek II Selatan.
Persaingan atau Saling Bunuh?
Djoko menyoroti potensi benturan antara dua moda transportasi ini.
“Pemerintah jangan membangun sesuatu yang saling membunuh. Kita tidak punya sistem transportasi nasional. Sistranas kita belum jadi,” ujarnya.
Ia mengingatkan, ambisi pembangunan kereta cepat hingga Surabaya berisiko menggerus moda lain.
“Kalau tidak dipakai, yang rugi rakyat. Semua pakai duit rakyat. Jadi mubazir,” kata Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI itu.
Menurut Djoko, semestinya setiap akses transportasi saling melengkapi, bukan saling meniadakan.
“Jawa ini mau fokusnya apa? Saya sampai kaget ada Japek II. Jangan-jangan nanti bisa sampai Japek X. Habis lahan pertanian kita,” ucapnya soal jalur baru Jakarta–Bandung itu. ***