Jogja International Batik Biennale 2025, Batik Bergerak, Tradisi Menyapa Modernitas

Jogja International Batik Biennale
Ilustrasi wanita jawa saat melakukan aktivitas menyiapkan corak batik. (Foto: Dok.Unsplash.com)

TURISIAN.com – Yogyakarta kembali menegaskan dirinya sebagai pusat denyut batik dunia. Melalui Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2025, batik tak lagi sekadar dikenang sebagai pusaka leluhur.

Ia bergerak, bertransformasi, dan menemukan wajah baru di tengah gaya hidup modern.

Sementara itu sejak UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan pada 2009, kain bergambar ini menjelma medium kreativitas dan sumber daya saing.

“JIBB 2025 menempatkan Yogyakarta bukan hanya sebagai Kota Batik Dunia, tetapi juga pusat inovasi batik global,” ujar Kepala Disperindag DIY, Yuna Pancawati, Rabu, 24 September 2025.

Ajang dua tahunan ini disendiri akan berlangsung dari 15 September hingga 5 Oktober mendatang.

Tema besar kali ini, Batik In Motion: Bridging Tradition and Modernity, menggambarkan batik sebagai tradisi yang tak beku.

Ia lincah menjembatani nilai-nilai masa lalu dengan kebutuhan zaman, dari desain, digitalisasi, hingga strategi pemasaran lintas negara.

Sementara itu untuk rangkaian acaranya dirancang padat. Program JIBB Goes to School & Campus (15–26 September) mengajak pelajar dan mahasiswa untuk mengenal sekaligus berinovasi dengan batik lewat workshop, talkshow, hingga peragaan busana.

Seminar Internasional

Di Hotel Royal Ambarrukmo, 2 Oktober, seminar internasional menghadirkan akademisi, desainer, dan praktisi batik dari berbagai negara.

Forum ini membicarakan teknik produksi baru, digitalisasi, sampai peluang membangun jejaring global.

Puncak keramaian terjadi dalam Gebyar Expo JIBB (3–5 Oktober) di Griya Batik Yogyakarta.

Dua puluh IKM batik terpilih memamerkan karya mereka, berpadu dengan fashion show kontemporer dan business matching untuk menjaring pembeli domestik maupun internasional.

Sebagai penyegar, hadir pula Sepeda Batik (Sebatik) pada 4 Oktober. Rute sejauh 14,5 kilometer ditempuh sambil mengenakan busana batik.

Sebuah simbol bahwa batik tak hanya indah dipandang, tapi juga bisa diajak berkeringat, segar, dan relevan dengan gaya hidup masa kini.

Sedangkan JIBB 2025 kali ini mendapat  dukungan dari kementerian, dinas, kamar dagang, hingga komunitas kreatif.

Hal ini tentu saja menjadi lebih dari sekadar panggung promosi. Ia adalah ruang dialog, kolaborasi, sekaligus laboratorium inovasi lintas generasi.

“Melalui JIBB 2025, kami ingin menunjukkan batik bukan hanya warisan, melainkan juga masa depan,” tutur Yuna.

“Batik bergerak, berinovasi, dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” pungkasnya. ***

 

Pos terkait