TURISIAN.com – Pendopo Kota Bandung siang itu tak hanya menjadi ruang peringatan Hari Tani Nasional, Selasa, 24 September 2025.
Di sana, para penggiat Buruan Sae mendapat panggung apresiasi lewat lomba yang menilai kreativitas, produktivitas. Termasuk, konsistensi warga dalam mengolah lahan sempit perkotaan.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyebut program ini sebagai bukti nyata kontribusi masyarakat menjaga ketersediaan pangan.
“Hari ini baru 375 titik dari 1.597 RW yang punya buruan sae. Artinya baru 20 persen, tapi itu adalah 20 persen terbaik,” ujarnya.
Dari kebun sayur, cabai, hingga kolam ikan dan kandang ayam, Buruan Sae membuktikan lahan perkotaan yang sempit pun bisa produktif.
Sementara itu Kepala DKPP Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, menambahkan program ini bahkan sudah menembus pengakuan dunia.
“Bulan depan kita akan menerima penghargaan di Milan, Italia. Ini terkait sirkular ekonomi Buruan Sae dan komitmen school meal di Kota Bandung,” katanya.
BACA JUGA: Pemkot Bandung Gelar Bootcamp, Ikhtiar Menghadapi Tantangan Ekonomi yang Kian Kompleks
Sedangkan Ketua Harian HKTI Jawa Barat, Entang Sastraatmadja, menegaskan relevansi program ini di kota besar.
“Sekecil apa pun lahan, kalau dikelola profesional bisa memberi manfaat. Buruan Sae ini contoh nyata solusi perkotaan,” ujarnya.
Deretan penghargaan pun dibagikan. Untuk kategori lahan besar, juara pertama diraih Kebon Sauyunan, RW 03 Kelurahan Salijari, Kecamatan Sukasari.
Disusul Ratu di Cijawura, hingga Kebun Asik di Arcamanik. Pada kategori lahan sempit, Kurdi Asri di Karasak menyabet juara pertama.
Ada pula kategori video reels, penghargaan camat, lurah, hingga ketua RW penggerak Buruan Sae.
Acara tak berhenti di panggung seremoni. Di sisi lain pendopo, stan-stan pameran menjajakan sayuran organik, olahan pangan sehat, hingga pupuk kompos dari limbah rumah tangga.
Produk-produk itu menegaskan, Buruan Sae bukan sekadar gerakan hijau, tapi juga peluang ekonomi yang memperkuat ketahanan pangan keluarga. ***