TURISIAN.com – Memperingati Hari Perhubungan Nasional 2025, PT Hutama Karya (Persero) menegaskan kembali peran penting Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah di Kabupaten Siak, Riau.
Bukan hanya sekadar sarana transportasi, jembatan cable stayed pertama di Sumatera itu kini menjelma sebagai destinasi wisata baru yang memperkaya wajah pariwisata Siak.
Sejak diresmikan pada 11 Agustus 2007, jembatan sepanjang 1.239 meter dengan lebar 16,95 meter ini telah menjadi nadi penghubung vital antara wilayah utara dan selatan Siak.
Dengan dua menara setinggi 80 meter, trotoar pejalan kaki selebar 2,25 meter, serta jarak bebas 23 meter dari permukaan air saat pasang, jembatan ini melayani mobilitas lebih dari 400 ribu penduduk.
“Dari sisi teknis, pembangunannya menjadi salah satu tonggak penerapan teknologi cable stayed di Indonesia yang ditangani oleh tenaga ahli dalam negeri,” ujar Adjib Al Hakim, Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, baru-baru ini.
Sebagai proyek perdana cable stayed Hutama Karya di Sumatera, keberhasilan pembangunan jembatan ini menjadi pijakan bagi proyek ikonik berikutnya. Seperti, Jembatan Soekarno di Manado, Jembatan Siak 4 di Riau, hingga Jembatan Pulau Balang di Kalimantan.
Simbol Budaya Melayu
Jembatan ini bukan hanya soal konstruksi. Corak warna cable stayed dipadukan dengan nuansa budaya Melayu yang menjadi ciri khas.
Bahkan, sebuah fasilitas lift outdoor dengan dua jalur khusus membawa pengunjung menuju restoran dan ruang pameran di puncak menara.
Dari sana, panorama Sungai Siak tersaji sebagai pengalaman wisata yang tak ditemui di tempat lain.
Nama Tengku Agung Sultanah Latifah sendiri diambil dari gelar Tengku Syarifah Mariam binti Fadyl. Istri Sultan Syarif Kasim II, sebagai bentuk penghormatan pada sejarah lokal.
BACA JUGA: Kepulauan Riau Bersiap Gelar Event Kemilau Nusantara Kepri, Catat Tanggalnya
Penggerak Ekonomi
Sebelum ada jembatan, warga hanya mengandalkan perahu untuk menyeberangi Sungai Siak. Kondisi itu membuat mobilitas terbatas dan kegiatan ekonomi tersendat.
“Dulunya di sini hutan. Setelah ada jembatan inilah ekonomi Siak mulai bergerak,” tutur Afni, warga Siak, dalam unggahan videonya di TikTok, 29 Agustus 2025 lalu.
Kini, arus logistik, distribusi hasil perkebunan dan pertanian, hingga pergerakan barang semakin lancar.
Investasi di sektor industri dan pariwisata pun mulai menggeliat, menjadikan jembatan ini kunci pertumbuhan kawasan.
Tantangan dan Warisan
Pembangunan jembatan ini tidak mudah. Lokasinya berada di jalur pelayaran internasional yang padat, di atas tanah pondasi yang sulit, serta minim material lokal.
Hutama Karya mengatasi kendala itu dengan teknologi modern. Dari perancah khusus di ketinggian hingga metode pondasi presisi.
Beton berkekuatan tinggi dan sistem perlindungan benturan kapal dipilih agar jembatan mampu bertahan puluhan tahun.
“Portofolio ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menghadirkan karya yang tidak hanya fungsional, tetapi juga ikonik dan menjadi warisan bagi generasi mendatang,” tutup Adjib.
Kini, setelah 18 tahun berfungsi, Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah tidak hanya menghubungkan dua daratan yang dibelah Sungai Siak. Tetapi juga menghubungkan masa lalu dan masa depan Siak sebagai pusat sejarah, ekonomi, dan pariwisata di Riau. ***





