TURISIAN.com – Kementerian Ekonomi Kreatif mencatat geliat investasi kian deras. Hingga semester pertama 2025, investasi di sektor ekonomi kreatif tembus Rp90,12 triliun.
Angka itu melampaui capaian tahun sebelumnya yang hanya Rp64,22 miliar.
“Lonjakan ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap ekosistem ekraf Indonesia yang makin kompetitif,” ujar Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu 6 September 2025.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan, Singapura masih jadi penyumbang investasi asing terbesar dengan Rp18,65 triliun.
Dari sisi domestik, DKI Jakarta menempati posisi utama, dengan lompatan dari Rp18,14 triliun pada 2024 menjadi Rp25,97 triliun pada tahun ini.
Riefky memaparkan capaian tersebut dalam rapat kerja Komisi VII DPR, Kamis 4 September.
Raker yang mengusung refleksi “Setahun Bekerja, Bergerak Berdampak” itu menandai strategi kementerian memperkuat peran ekraf. Utamanya, sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional, dimulai dari daerah.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025–2029, ada empat target utama ekraf: pertumbuhan produk domestik bruto.
Termasuk, peningkatan ekspor, serapan tenaga kerja, dan nilai investasi. Pada 2024, PDB ekraf tumbuh 5,69 persen, dan ditargetkan naik menjadi 6,12 persen pada 2029.
BACA JUGA: Menparekraf Siap Dampingi Daerah Bentuk Dinas Ekonomi Kreatif, Ini Tujuannya
Kinerja Ekspor
Optimisme serupa juga terlihat pada kinerja ekspor. Tahun lalu ekspor ekraf tercatat US$25,1 miliar.
Sementara itu pada semester I 2025 saja sudah mencapai US$13 miliar, dengan proyeksi menembus US$33 miliar pada 2029.
Sedangkan sektor fesyen mendominasi dengan nilai US$7,09 miliar, diikuti kriya US$5,01 miliar, dan kuliner US$767 juta.
Pasar baru seperti Swiss, Jepang, dan Uni Emirat Arab mulai menyerap produk ekraf Indonesia, dengan kenaikan antara 5,7 hingga 19,14 persen.
Dari sisi tenaga kerja, ekraf sudah menyerap 26,5 juta pekerja pada 2024. Angka ini diperkirakan bertambah menjadi 27,7 juta pada 2029.
Untuk menopang tren itu, Kementerian Ekraf mengusulkan tambahan anggaran Rp2,24 triliun.
Dana ini akan diarahkan pada program baru seperti pemberdayaan desa kreatif, penguatan UMKM kriya dan kuliner, hingga festival lokal.
“Program ekraf harus berjalan optimal agar sektor ini benar-benar menjadi mesin baru pertumbuhan nasional,” kata Riefky.
Pimpinan rapat, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menyetujui usulan tersebut.
Ia menekankan pentingnya penyaluran anggaran ke program substantif yang langsung berdampak pada kesejahteraan rakyat.
“Pembahasan anggaran bukan sekadar angka,” ujarnya.
“Yang utama, bagaimana manfaatnya dirasakan masyarakat,” pungkasnya. ***