TURISIAN.com – Kementerian Perindustrian kembali menggelar Industrial Festival. Ajang tahunan yang dirancang bukan sekadar sebagai pameran teknologi atau parade produk. Melainkan ruang temu antara dunia industri dan generasi muda.
Tujuannya jelas yakni memperkuat peran anak muda dalam membangun industri nasional. Dan, menjadikan mereka bagian dari denyut masa depan.
“Industrial Festival turut memperkuat citra Kemenperin sebagai elemen penting dalam ekosistem industri dalam negeri,” ujar Kepala Biro Humas Kemenperin, Alexandra Arri Cahyani, dalam Media Briefing Industrial Festival 2025 di Jakarta, Senin siang, 28 Juli 2029.
Tahun ini, Industrial Festival hadir dalam format yang lebih kolaboratif. Dua perhelatan besar digandeng: Gelar Batik Nusantara (GBN) dan Halalindo 2025.
Sementara itu kolaborasi dengan GBN akan digelar di Pasaraya Blok M, Jakarta, pada 30 Juli–3 Agustus 2025.
Sedangkan untuk event Halalindo 2025 sendiri akan berlangsung 25–28 September di ICE BSD, Tangerang.
Festival ini bukan hanya pentas seni atau keramaian pasar. Di dalamnya ada kuliah umum Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
Dilanjutkan dengan diskusi tentang inovasi batik melalui pendekatan fesyen berkelanjutan. Serta pemanfaatan teknologi dalam mengangkat nilai tambah produk lokal.
“Ajang ini menjadi pembekalan bagi generasi muda dalam menghadapi dunia kerja. Sekaligus bagian dari langkah menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Alexandra.
Kegiatan ini juga memberi ruang bagi publik untuk berkontribusi langsung. Ada Kompetisi Konten Kreatif dan peluncuran Sayembara Maskot Industri.
Sebuah, tantangan terbuka untuk merancang simbol yang mencerminkan semangat industri 4.0 di Indonesia.
Di Halalindo 2025, Kemenperin memanfaatkan panggung industri halal untuk memperkenalkan potensi besar sektor ini kepada publik.
Di lokasi acara, Biro Humas Kemenperin juga akan membuka layanan publik sebagai bentuk keterbukaan dan pendekatan langsung kepada masyarakat.
Sementara melalui Industrial Festival, Kemenperin mencoba merumuskan ulang relasi antara negara dan anak muda.
Dengan demikian industri bukan lagi milik elite teknokrat atau pelaku besar. Tetapi arena partisipatif di mana generasi baru diajak masuk, berkreasi, dan ikut menentukan arah. ***