Tragedi di Gili Trawangan dan Peringatan dari Senayan, Tempat Wisata Harus Aman

Gili Trawangan
Gili Trawangan. (Foto: Dok.Unsplash.com/Andrea Huls Pareja)

TURISIAN.com – R Haryo Wijoseno datang ke Gili Trawangan Lombok membawa semangat olahraga dan persahabatan.

Ia bukan sekadar atlet gateball asal Sleman, Yogyakarta, melainkan juga duta rekreasi dalam gelaran Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) ke-VIII.

Namun yang ia temui bukan podium kehormatan, melainkan maut yang menjemputnya di perairan Gili Trawangan.

Peristiwa itu menggugah reaksi dari Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani.

Dalam pernyataan resmi di Mataram, Kamis 24 Juli 2025, politikus asal Lombok itu menyampaikan duka mendalam atas wafatnya RHW—demikian inisial mendiang disematkan dalam laporan resmi.

“Kita kehilangan seorang sahabat, duta olahraga rekreasi, dan tamu kehormatan dari Yogyakarta,” ujar Lalu.

Ia menyebut kepergian RHW sebagai kehilangan besar, bukan hanya bagi kontingen Yogyakarta. Tetapi juga bagi semangat kebersamaan yang dibangun melalui Fornas.

Namun bagi Lalu, tragedi itu bukan sekadar kabar duka. Ia menyebutnya sebagai alarm keras bagi Pemerintah Provinsi NTB.

Hal ini agar tak lagi menomorduakan aspek keselamatan dalam geliat pariwisata dan olahraga luar ruang.

BACA JUGA: ITDC Dorong Wisata Bersih di Kawasan The Mandalika Lewat Aksi Sosial di Lombok

Refleksi Kolektif

“Ini seharusnya menjadi refleksi kolektif atas pentingnya standar keselamatan yang ketat. Terutama untuk aktivitas seperti snorkeling, pendakian, dan kegiatan luar ruang lainnya,” katanya.

Apalagi, belum sebulan sebelumnya, seorang wisatawan asal Brasil juga meninggal saat mendaki Gunung Rinjani.

Dua insiden dalam tempo singkat, kata Lalu, tak bisa terus-menerus dianggap sebagai kecelakaan biasa.

“Keselamatan dan mitigasi risiko harus menjadi prioritas utama dalam promosi pariwisata NTB. Jangan hanya tampil di brosur, tapi nihil di lapangan,” ucapnya tajam.

Lalu juga menyoroti absennya pembukaan doa bersama lintas agama dalam pembukaan Fornas.

“Spiritualitas adalah fondasi keselamatan kolektif. Kegiatan sebesar ini semestinya dimulai dengan ketundukan kepada Tuhan, bukan sekadar seremoni kosong,” ujar anggota DPR dari daerah pemilihan NTB 2 itu.

Ia mendorong evaluasi menyeluruh terhadap protokol kesehatan dan keamanan yang diterapkan selama Fornas.

Menurutnya, perlu disusun sistem terpadu yang menggabungkan disiplin olahraga dan standar wisata. Khususnya di ruang-ruang alam terbuka.

Tak kalah penting, kata dia, adalah investasi dalam kesiapan layanan medis, pelatihan operator wisata bersertifikat, serta sistem komunikasi darurat antarlembaga.

RHW, 64 tahun, dilaporkan meninggal setelah snorkeling di dekat pantai Gili Meno, Kamis 24 Juli 2025.

Ia sempat mendapat pertolongan pertama dari rekan-rekannya, namun nyawanya tak tertolong.

Gili Trawangan kehilangan satu tamu, Indonesia kehilangan satu pegiat olahraga. Dan Fornas kehilangan satu simpul kebersamaan. ***

 

Pos terkait