Geopark Kaldera Toba Kena Kartu Kuning dari UNESCO, Apa Penyebabnya?

Geopark Kaldera Toba
Sanggar Aek Nauli dan Sanggar Gracia di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi yang masuk kawasan Geopark Kaldera Toba siap menyambut tamu yang datang. (Instagram/@horja.geoparktoba)

TURISIAN.com – Angin tak sedap bertiup dari Sidang UNESCO Global Geopark pada September 2023 lalu. Geopark Kaldera Toba, destinasi kebanggaan Sumatera Utara, diganjar kartu kuning.

Istilah ini bukan sekadar peringatan, melainkan sinyal kuat. Yakni pengelolaan kawasan warisan geologi dunia itu dinilai belum memenuhi standar internasional.

Menurut Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Hariyanto, kartu kuning diberikan karena berbagai kriteria UNESCO belum terpenuhi.

“Ini bukan sertifikat atau dokumen resmi. Kartu kuning artinya masa revalidasi diberikan dua tahun. Visibilitas geosite harus ditingkatkan agar masyarakat lebih paham soal geopark,” ujarnya,  Rabu, 21 Mei 2025.

Masalahnya bukan satu. Tim penilai UNESCO mencatat sejumlah catatan merah: pengelolaan yang belum tertata. Lemahnya koordinasi antarpemangku kepentingan.

Termasuk, minimnya pelibatan masyarakat lokal, hingga ketiadaan standar informasi di situs-situs geologi. Fasilitas pendukung pun dianggap belum memadai.

Tak hanya itu. Geopark Kaldera Toba yang membentang di sekitar Danau Toba itu juga dinilai belum menunjukkan komitmen.

BACA JUGA: Toba Caldera Resort, Menepi Sejenak di Pelukan Danau Toba

Edukasi Publik

Utamanya, dalam riset berkelanjutan, kerja sama antarlembaga. Serta edukasi publik tentang geologi, biologi, dan budaya lokal.

Sementara itu, kritik lain datang dari minimnya partisipasi Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark di forum-forum regional dan internasional yang digelar UNESCO.

“Ini semua butuh dukungan anggaran besar,” kata Hariyanto.

Ia mencontohkan, ada agenda penting pada September 2025 di Chile. Untuk hadir di sana, dibutuhkan dana tak sedikit.

Belum lagi pelatihan rutin di Maroko, Yunani, Prancis, dan Jepang yang juga wajib diikuti oleh pengelola geopark.

Kini, pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan Badan Pengelola Toba Caldera bergerak cepat.

Pembenahan mulai digodok demi satu tujuan: merebut kembali kartu hijau dari UNESCO.

Toba tak sendiri. Dalam sidang yang sama, empat geopark dunia lain juga mendapat kartu kuning: Gua Zhijindong (Cina), Taman Nasional Regional Luberon (Prancis), Madonie (Italia), dan Colca y Volcanes de Andagua (Peru). ***

Pos terkait