TURISIAN.com – Festival seni budaya lintas agama dan semarak pawai ogoh-ogoh di Kota Semarang berlangsung meriah pada Sabtu petang, 26 April 2025.
Ribuan warga yang memadati sepanjang rute dari Balai Kota hingga Lapangan Pancasila, Simpang Lima terlihat antusias menyambut event tersebut.
Wajah-wajah antusias tampak di antara kerumunan, menikmati parade tahunan yang kian mengokohkan identitas Semarang sebagai kota budaya.
“Ini bagian dari keragaman budaya yang terus kami tampilkan agar Semarang terangkat menjadi tujuan wisata,” kata Wali Kota Agustina Wilujeng Pramestuti di tengah kemeriahan.
Festival ini digagas oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Semarang.
Difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang.
Tahun ini, mereka mengusung tema “Keberagaman sebagai Perekat Persatuan dan Kesatuan Guna Mendukung Program Ayo Wisata ke Semarang”.
Sementara itu, setiap agama mendapat giliran memimpin perayaan budaya di Semarang.
“Hari ini teman-teman Hindu yang memimpin. Kemarin saat dugderan, giliran umat Muslim. Nanti, perayaan Paskah akan dipimpin teman-teman Kristen,” ujar Agustina.
Tak hanya sebagai pawai budaya, festival ini menjadi bukti akulturasi dan toleransi beragama yang hidup di Semarang.
Agustina berharap semangat keberagaman, inklusivitas, dan kebersamaan terus membara di kota ini.
“Semarang adalah rumah bagi siapa saja, tanpa memandang agama, suku, atau budaya,” katanya.
Tahun ini, dua ogoh-ogoh diarak bersama iringan musik baleganjur dari Peradah Semarang dan Kabupaten Jembrana, Bali.
Festival ditutup dengan pentas sendratari Legenda Selat Bali di tengah riuh Simpang Lima.
Tamu dari Bali turut memeriahkan acara. Agustina berharap ke depan, Semarang mampu sejajar dengan Bali dalam hal geliat pariwisata.
Sedangkan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Wing Wiyarso, mengatakan bahwa wisatawan memang menunggu gelaran budaya seperti ini.
BACA JUGA: Pawai Ogoh-ogoh Anak-anak Meriahkan Jembrana Menjelang Nyepi
Efesiensi Anggaran
“Kami terus berusaha menampilkan sesuatu yang baru setiap tahun,” ujarnya.
Tahun ini, sebenarnya Pemkot berharap bisa menghadirkan lebih banyak ogoh-ogoh.
Namun, efisiensi anggaran dari pemerintah pusat membuat sejumlah peserta luar kota terpaksa mengundurkan diri.
“Meski begitu, komunitas lokal tetap antusias meramaikan,” kata Wing.
Tak hanya Hindu, kelompok kesenian lintas iman turut meramaikan festival. Diantaranya, umat Buddha, Katolik, Kristen PGKS, Islam dari Ponpes Nadlatus Sub’an, hingga Penghayat Kepercayaan (MLKI).
Atraksi budaya Tionghoa juga tampil lewat Barongsai dari Matakin, diselingi dengan kehadiran Warak Ngendog, ikon tradisi khas Semarang, oleh Peradah Semarang.
Semarang sore itu membuktikan, keberagaman bukan hanya dirayakan, tapi juga hidup berdampingan dalam harmoni. ***