TURISIAN.com – Rendang atau randang, begitu orang Minang menyebutnya, bukan sekadar sajian daging berbumbu.
Ia adalah representasi budaya, simbol perayaan, sekaligus warisan kuliner yang telah melanglang hingga ke meja-meja makan mancanegara.
Di antara sekian banyak ragam masakan nusantara, rendang barangkali yang paling fasih berbicara tentang identitas.
Selama ini, publik lebih banyak mengenal rendang dalam bentuk rendang daging sapi. Padahal, dapur-dapur Minang menyimpan lebih dari itu.
Ada rendang pakis, rendang belut, rendang ayam, bahkan rendang cempedak dan rendang lokan. Sebuah, keragaman yang menunjukkan betapa lenturnya resep ini diterapkan dalam beragam bahan.
Untuk mengenal lebih jauh akar dan sebaran kuliner ini, Museum Randang bisa menjadi pintu masuk.
BACA JUGA: Kemewahan Hotel Fairmont Jakarta, Tarif Menginap dan Ragam Kuliner Berkelas
Terletak di bagian belakang kompleks Museum Adityawarman, Padang, museum ini menyuguhkan informasi lengkap seputar rendang. Mulai dari bahan-bahan yang digunakan, proses memasak, hingga persebarannya ke berbagai penjuru dunia.
Museum Randang berada di Jalan Diponegoro No. 10, Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang. Lokasinya strategis, sekitar empat kilometer dari Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.
Dengan sepeda motor, jarak tersebut bisa ditempuh dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
Museum ini buka setiap hari, kecuali Senin, pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. Menariknya, pengunjung tidak dipungut biaya alias gratis. Cukup datang dan biarkan indera—terutama rasa dan ingin tahu—bekerja. ***