Laga Seni di Kota Dewata, Ogoh-Ogoh Berebut Tahta di Kasanga Festival

Laga Seni
Ogoh-ogoh, sebuah seni yang masih sangat di sakralkan di Bali. (Dok.Unsplash.com)

TURISIAN.com – Suasana di Denpasar kian semarak dengan adanya laga seni. Di sudut-sudut banjar, karya seni raksasa nan megah berdiri gagah.

Tim penilai lomba ogoh-ogoh dalam rangkaian Kesanga Festival memasuki babak akhir penjurian.

Pada hari terakhir ini, Senin, 264 sekaa taruna bersaing memperebutkan tempat di ajang bergengsi itu.

Sementara itu, Ketua Pasikian Yowana Kota Denpasar, Anak Agung Made Angga Hartayana, mengabarkan bahwa 59 ogoh-ogoh dari wilayah Denpasar Barat menjadi fokus penjurian terakhir.

“Hari ini, kami menyelesaikan penilaian di Denpasar Barat. Total ada 59 ogoh-ogoh yang dinilai,” ujarnya.

Sejak Jumat lalu, tim juri telah menyambangi Denpasar Selatan yang diikuti 61 banjar, Denpasar Timur dengan 74 peserta. Dan Denpasar Utara dengan jumlah serupa.

Mereka bukan sembarang juri. Di antara mereka ada seniman rupa, sastrawan, arsitek. Hingga anggota pasikian yowana yang memahami benar seluk-beluk seni ogoh-ogoh.

Sedangkan, untuk penjurian sendiri  tidak sekadar menilai keindahan visual. Inovasi, konsep desain, dan kekuatan narasi menjadi penentu utama.

“Kami ingin memastikan hasilnya transparan. Malam ini, ke-16 karya terbaik akan diumumkan,” kata Agung Angga.

Meski sebagian besar ogoh-ogoh masih berkisah tentang bhuta kala dan epos pewayangan. Namun, antusiasme para pemuda Denpasar tahun ini mencatat rekor baru.

Jika pada 2023 tercatat 160 peserta, tahun ini jumlahnya meroket menjadi 264. Persaingan pun kian sengit, dan sistem penjurian pun disesuaikan untuk mencerminkan kualitas.

Salah satu harapan datang dari Banjar Pemedilan. Anak Agung Dharmasusila, sang arsitek ogoh-ogoh, berharap karyanya yang berjudul Tri Netra Siwa bisa menembus 16 besar.

“Tahun ini kami ingin menorehkan sejarah. Semoga masuk ke Kasanga Festival,” ucapnya penuh harap.

BACA JUGA: Bank Indonesia Kembali Buka Layanan Penukaran Uang Baru, Catat Tanggalnya

Tumpek Wayang

Begitu pun Ogoh-ogoh Tri Netra Siwa berkisah tentang Tumpek Wayang. Dimana, saat Bhatara Kala ingin memakan ayahnya sendiri, Siwa.

Dibuat sejak awal Januari 2025, karya ini sepenuhnya menggunakan ulatan rotan dan material ramah lingkungan. Menandakan komitmen Banjar Pemedilan terhadap seni berkelanjutan.

Oleh sebab itu Malam ini, Denpasar menanti. Siapakah yang akan melenggang ke panggung megah Kasanga Festival?

Jawabannya segera tiba, bersama gemuruh sorak-sorai warga Kota Dewata menyambut laga seni monumental itu. ***

Pos terkait