TURISIAN.com – Sejak awal pembangunannya, Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur telah mencuri perhatian publik dan jadi magnet baru.
Tidak hanya sebagai proyek ambisius yang akan menjadi pusat pemerintahan Indonesia. Tetapi juga sebagai destinasi wisata baru yang menyimpan potensi besar.
I Wayan Lanang Nala, pengamat pariwisata dari Politeknik Negeri Samarinda, menyebut IKN sebagai berkah bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (ekraf) di Kalimantan Timur.
“Titik Nol IKN sudah menjadi lokasi favorit bagi wisatawan, bahkan saat pembangunan baru dimulai,” ujarnya di Samarinda, Senin lalu.
Rasa ingin tahu masyarakat akan ibu kota baru ini menjadi pemicu utama lonjakan kunjungan wisatawan.
Baik wisatawan domestik maupun mancanegara datang untuk melihat langsung lokasi yang digadang-gadang akan menjadi pusat pemerintahan masa depan Indonesia.
Namun, daya tarik IKN tak sekadar statusnya sebagai ibu kota negara.
Lanang Nala menyoroti konsep pembangunan IKN yang mengusung gagasan kota hutan atau forest city merupakan magnet baru.
“IKN dirancang sebagai kota modern yang ramah lingkungan. Konsep ini sejalan dengan isu keberlanjutan yang kian menarik perhatian masyarakat global,” tuturnya.
Selain itu, desain arsitektur dan penataan kawasan IKN menjadi elemen lain yang memikat.
BACA JUGA: Rencana Pelayaran Kapal Pinisi, Wisata Baru Menuju Ibu Kota Nusantara
Desain Modern
“Bangunan dengan desain modern nan unik, ditambah ruang publik yang estetis, menjadi daya tarik tersendiri,” tambahnya.
Media massa turut berperan besar dalam membangun citra IKN sebagai destinasi wisata.
Foto-foto dan video yang tersebar luas di media sosial dan media massa membuat publik penasaran.
Tren ini mendorong peluang usaha di sektor pariwisata, mulai dari kuliner, akomodasi, hingga transportasi.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat penghunian hotel di Kaltim mencapai 68,39 persen pada 2024 untuk hotel berbintang.
Sedangkan, angka ini menjadi salah satu indikasi dampak positif dari pembangunan IKN.
Namun, Lanang Nala mengingatkan pentingnya persiapan matang.
“Masyarakat harus merencanakan dan mengembangkan usaha secara terstruktur untuk menyambut peningkatan kunjungan wisatawan,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pelaku ekraf di IKN dengan kota-kota penyangga seperti Balikpapan dan Samarinda.
“Ekosistem pariwisata IKN harus terintegrasi. Sinergi ini menjadi kunci keberlanjutan pariwisata di Kalimantan Timur,” ujarnya.
Mendorong Daerah Penyangga
Dibagian lain, Ketua DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Kalimantan Timur, Dian Rosita menaruh harapan besar terhadap pengembangan sektor pariwisata di kawasan IKN.
“Sebetulnya, yang kami harapkan dari pengembangan ini adalah, mendorong daerah-daerah penyangga. Dari 10 kabupaten dan kota yang ada, harus diperkuat,” kata Dian.
Ke-10 kota dan kabupaten yang ada di Kaltim tersebut adalah, Samarinda, Balikpapan, Kutai Kertanegara,Bontang,Kutai Timur,Berau,Kutai Barat,Mahulu,Penajam Pasir Utara (PPU) dan Paser.
Menurut Dian, di daerah yang disebutkan tadi, khususnya di PPU dan Paser memiliki seni budaya yang luar biasa.
“Sayangnya seni dan budaya tersebut, belum tereksplore secara maksimal. Bahkan, selain itu juga ada Goa Tapak Raja, kemudian ada juga Dayak serta beragam suku, yang ini menjadi salah satu daya tarik wisata,” ungkapnya.
Satu hal lagi, Kaltim itu memiliki Berau dengan alamnya yang masih ‘virgin’.
Termasuk Maratua, dimana kawasan ini merupakan laut yang mempunyai habitat ikan dengan ekosistem yang masih sangat terjaga.
“Ketika nanti IKN sudah beraktivitas secara penuh, maka kami menginginkan di Kalimatan Timur sektor pariwisatanya betul-betul dikembangkan. Khususnya, di daerah-daerah penyangga tadi,” tambah Dian.
Dengan demikian, secara keekonimian IKN akan membawa dampak positif bagi seluruh daerah di Kaltim. Menjadi magnet baru untuk daya tarik wisata.***