Survey OJK, 43 Persen Generasi Z Terjerat Hutang Paylater, Beli Barang Tak Produktif

Survey OJK
Ilustrasi (Dok.Unsplash)

TURISIAN.com – Survey OJK (Otoritas Jasa Keuangan) menyebutkan bahwa 43 persen generasi Z (Gen Z) terlibat hutang platform Playlater. Mereka juga membeli barang-barang yang tidak produktif.

Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen (PEPK) OJK, mengungkapkan keprihatinannya.

Terutama, atas semakin banyaknya generasi muda yang terjerat utang melalui skema buy now, pay later (BNPL) atau paylater.

Fenomena ini, menurut Friderica yang akrab disapa Kiki, menjadi perhatian serius regulator di seluruh dunia.

BACA JUGA: Generasi Z Semakin Cermat dalam Merencanakan Liburan

Sementara itu, dalam acara Like It, yang ditayangkan melalui kanal YouTube OJK pada Sabtu, 5 Oktober 2024, Kiki menyoroti bagaimana tren sosial menjangkiti mereka.

Seperti fear of missing out (FOMO), you only live once (YOLO), hingga perilaku doom spending mendorong anak muda untuk berutang.

“Anak muda sekarang FOMO, takut dianggap ketinggalan zaman jika tidak ikut-ikutan. Mereka juga terjebak dalam mentalitas YOLO. Dan bahkan kini ada istilah doom spending, belanja seakan dunia akan berakhir,” ujarnya.

BACA JUGA: Hasil Survei RedDoorz Indonesia, Begini Kebiasaan Liburan Beda Generasi

Ia menambahkan, perilaku belanja yang tidak terkendali ini kian parah. Hal ini, ,karena sering kali dana yang digunakan bukanlah uang pribadi, melainkan uang pinjaman.

“Yang paling bahaya adalah ketika mereka belanja bukan dengan uang yang mereka miliki, tapi dengan utang,” tegasnya.

Kiki juga menyoroti fenomena kecenderungan generasi muda memberikan penghargaan. Atau reward instan kepada diri sendiri, yang semakin berisiko bagi mereka yang belum memiliki penghasilan tetap.

BACA JUGA: Pesan untuk Duta Genre 2024, Amanda Soemedi Minta Jadilah Pribadi yang Kreatif

Kemudahan Mengakses Pinjaman

Menurutnya, kemudahan mengakses pinjaman, terutama melalui platform digital seperti pinjaman online dan paylater, memperburuk situasi ini.

“Pinjaman online dan paylater sangat mudah diakses. Anak muda kita bisa dengan cepat mendapatkan pinjaman untuk membeli barang-barang yang tidak produktif,” katanya.

Sedangkan, data OJK menunjukkan, sebagian besar pengguna paylater berasal dari generasi Z, dengan dominasi usia 26-35 tahun.

BACA JUGA: Hidangan Tongseng Racikan Chef Renatta, Ini Istimewanya

Rinciannya, 26,5 persen pengguna berusia 18-25 tahun, 43,9 persen berusia 26-35 tahun. Dan 21,3 persen berusia 36-45 tahun. Hanya 1,1 persen pengguna paylater yang berusia di atas 55 tahun.

Penggunaan paylater pun banyak didominasi untuk keperluan gaya hidup. Sebanyak 66,4 persen penggunaan ditujukan untuk fesyen.

Kemudian, 52,2 persen untuk perlengkapan rumah tangga, 41 persen untuk elektronik, 34,5 persen untuk laptop atau ponsel, dan 32,9 persen untuk perawatan tubuh. ***

Pos terkait