Menyelami Jejak Seni dan Sejarah Indonesia di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta

Hotel Indonesia Kempinski Jakarta
Ilustrasi. Pengunjung saat menikmati pameran seni lukis. (Instagram/@tumurunmuseum)

TURISIAN.com – Pameran seni lukis  hadir di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, lewat sebuah  eksibisi bertema ‘Warna Nusantara’.

Perhelatan seni ini mampu  mengundang mata dan jiwa para pengunjung untuk merenung dan mengapresiasi warisan seni dan sejarah Indonesia.

Lebih dari sekadar pameran, ini adalah sebuah perjalanan melintasi masa lalu. Dari sejarah yang menjunjung tinggi perjuangan.

Hingga nuansa Jakarta tempo dulu, yang terhampar memukau di tengah gemerlap modernitas ibu kota.

BACA JUGA: Taman Tabebuya, Oase di Sudut Kota Jakarta yang Menghadirkan Kenyamanan

Hotel yang telah mengukir sejarah selama 61 tahun ini dengan gagahnya menjadi tuan rumah bagi karya-karya seni yang tak terhingga nilai keindahannya.

Sebanyak 26 karya lukis dan sketsa, bersandingan dengan 20 wastra koleksi dari tiga museum seni di Jakarta. Membentuk pemandangan yang memukau di lobi megahnya.

Dalam persembahan eksklusif ini, mata kita diajak menangkap esensi seni dari sudut pandang yang berbeda-beda.

Di antara jajaran karya penuh makna, kita dapat menjumpai sentuhan inspiratif dari Presiden pertama Indonesia, Bung Karno.

BACA JUGA: Pameran Seni Little Critters, Gratis Tiket Masuk untuk Semua Pengunjung

Kain Tradisional Indonesia

Melalui kuasnya, sang proklamator itu telah merangkai kisah-kisah luhur bangsa.

Dan tak kalah menarik, jalinan kain tradisional Indonesia yang indah. Yakni, hasil tangan Ibu Negara Kedua, Tien Soeharto turut memikat hati para penikmat seni.

Pameran ini bukan hanya sebuah perayaan seni semata, melainkan juga merupakan suatu panggilan untuk merenungkan akar sejarah kita.

Seolah-olah catatan sejarah terpatri dalam sapuan kuas dan tenunan kain. Pesan-pesan tersirat yang merujuk pada perjalanan panjang perjuangan kemerdekaan.

BACA JUGA: Kolaborasi Indonesia-Filipina Hadirkan Pameran Seni Rupa, Ini Tempatnya

Termasuk, kisah hidup Jakarta masa silam, menjelma menjadi narasi seni yang memukau.

Dalam kata sambutan yang diucapkan pada pembukaan pameran, Ketua Umum Mitra Yayasan Museum Veronica Tan menekankan pentingnya menjadikan masa lalu sebagai sumber inspirasi.

“Terlalu sering kita terpaku pada gemerlap masa kini, sehingga melupakan harta berharga di masa lalu,” katanya dalam sambutan penyelenggaraan pameran ini, Rabu 8 Agustus 2023.

“Sejarah, lukisan, dan karya-karya di sini adalah warisan berharga yang memandu kita menuju masa depan yang lebih baik,” sambung Veronica.

BACA JUGA: Pengusaha Hotel di Jakarta Pertanyakan Nasib Meraka, Saat Republik Ini Pindah

Eksplorasi seni tak berhenti di lukisan dan wastra, namun juga melibatkan para pengunjung dalam pengalaman langsung.

Proses menenun yang khas Indonesia dapat disaksikan hingga akhir bulan. Mengajak kita untuk menyelami proses kreatif yang tumbuh dalam setiap seratnya.

Jangan lewatkan juga lelang lukisan yang akan digelar pada tanggal 23 Agustus mendatang, menjadi peluang langka untuk memiliki potongan sejarah dalam genggaman.

Menghadirkan Beragam Kegiatan

Tak hanya dalam lingkup pameran semata. Kepala Unit Pengelola Museum Seni, Sri Kusumawati, menegaskan bahwa kerja sama yang kokoh.

Yaitu, antara Hotel Indonesia Kempinski Jakarta dengan museum-museum seni akan terus berlanjut.

Ia merinci kerja sama ini akan terus hidup, menghadirkan beragam kegiatan yang tak hanya memamerkan.

BACA JUGA: Lagi Pengen Staycation di Jakarta, Ini 10 Hotel Bintang di Jakarta dan Harganya

”Tetapi juga mempromosikan kekayaan seni dan budaya Indonesia kepada generasi masa depan,” tandasnya.

Tak dapat disangkal, pameran ‘Warna Nusantara’ telah menjelma menjadi lebih dari sekadar pameran seni biasa.

Ia telah menjadi perjalanan spiritual yang mengajak kita merenungkan jejak-jejak masa lalu, melalui sentuhan seni yang menggetarkan jiwa.

Di tengah gemuruh ibu kota yang terus bergerak maju, eksibisi ini adalah pengingat akan akar yang kokoh.

Mengingatkan kita akan pesan bijak dari zaman dulu, bahwa untuk melangkah ke depan, kita tak boleh melupakan langkah kita di belakang. ***

Pos terkait