Menparekraf Apresiasi Desa Wisata Sesaot Usung Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat

Lombok Barat – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi desa wisata Sesaot yang masuk dalam 50 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dan mengusung konsep pariwisata berbasis masyarakat (_community based tourism_).

Menparekraf Sandiaga Uno saat visitasi 50 desa wisata terbaik ADWI 2021 di Desa Sesaot Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Rabu (3/11/2021) mengatakan desa wisata berbasis komunitas atau _community based tourism_ sejenis ini bisa menjadi jawaban atas tantangan wisata berkelanjutan. Apalagi jika kapasitas sumber daya manusia dan ekonomi masyarakat lokal di sekitar desa wisata yang terlibat di dalamnya juga ikut ditingkatkan.

“Masyarakat Desa Wisata Sesaot yang sadar wisata, kreatif, dan inovatif akan menjadi ujung tombak dari pengembangan desa wisata yang sesuai dengan konsep _community based tourism_,” katanya.

Desa Wisata Sesaot berjarak 40,5 kilometer dari Bandar Udara Internasional Lombok Zainuddin Abdul Madjid atau sekitar 1 jam 15 menit perjalanan. Desa Sesaot merupakan bagian dari jalur geowisata. Berkaitan erat dengan pembuatan jalur pendakian Sasak Kuno menuju Gunung Rinjani. Desa ini tersusun oleh batuan gunung api dari komplek gunung api purba Punikan, dan komplek gunung api Rinjani yang kaya akan potensi alam, salah satunya Wisata Pusat Rekreasi Masyarakat (Purekmas).

Desa Wisata Purekmas Sesaot sudah mengantongi sertifikat CHSE, karena telah memenuhi standar protokol kesehatan yang berbasis _Cleanliness, Health, Safety and Environment_ (CHSE). Selain Wisata Alam Pusat Rekreasi Masyarakat, Desa Wisata Sesaot juga memiliki potensi wisata yang lain seperti Taman Miring, Camping Ground Vetong Hill, dan Bukit Khesari. Jauh di dalam kawasan hutan Sesaot terdapat sejumlah air terjun diantaranya Air Terjun Tibu Sendalem, Air Terjun Tembiras, dan Air Terjun Tibu Goa.

Untuk atraksi seni dan budaya, desa ini mengandalkan kearifan lokal yang masih terjaga seperti Gendang Beleq dan Pembayun. Pembayun sendiri menjadi salah satu adat budaya masyarakat Lombok, tradisi turun-temurun ini biasa dilangsungkan saat acara serah terima lamaran dalam pernikahan. Pembayun berasal kata dari “peman ing ayun” artinya pemimpin dimuka.

Kemudian untuk kuliner, terdapat sate bulayak yang menjadi salah satu makanan khas Sasak di Pulau Lombok yang begitu spesial bagi pecinta kuliner.

Menparekraf Sandiaga Uno pun menjajal membuat sate berbahan daging atau jeroan sapi itu yang dilumuri dengan bumbu khas Lombok. Sebenarnya sate bulayak tak jauh beda dengan sate lain pada umumnya. Namun yang menjadikan sate bulayak berbeda dengan sate lainnya karena kekhasan bumbunya yang menggoda dan mengeluarkan bau sedap yang mengundang selera makan yang tinggi.

Dari sektor kriya, Desa Wisata Sesaot memiliki produk anyaman rotan yang dibuat oleh masyarakat setempat menjadi alat-alat pelengkap rumah tangga seperti keranjang, tas kecil, tatakan gelas, tempat tissue. Serta produk anyaman tali seperti tali gantung untuk pot bunga, tas-tas kecil, dan gelang-gelang dari rajutan.

Saat visitasi tersebut, Menparekraf Sandiaga Uno didampingi Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid, Anggota Komisi X DPR RI M.Syamsul Luthfi, dan Direktur Tata Kelola Destinas Indra Ni Tua.

Pos terkait